"Namanya juga Gunung Anak Krakatau, itu gunungnya masih pertumbuhan. Jadi gunung itu menambah tinggi menjulang, menambah tinggi tubuhnya dengan meletus. Rata-rata terjadi pertambahan tinggi 4-6 meter per tahun," ujar Sutopo dalam konferensi pers di kantor BNPB, Jakarta Timur, Selasa (24/12) siang.
Untuk itu, Sutopo mengimbau masyarakat untuk tetap tidak beraktivitas di dekat wilayah laut Selat Sunda.
"Tidak boleh lakukan aktivitas di sekitar pantai untuk sementara karena potensi tsunami susulan yang disebabkan longsoran bawah laut masih berpotensi karena aktivitas erupsi juga masih berlangsung. Sampai kapan rekomendasinya tentu nanti akan disampaikan oleh BMKG," kata Sutopo.
Meski begitu, ia mengatakan bahwa letusan Gunung Anak Krakatau tidak akan sebesar tahun 1883. Gunung Anak Krakatau muncul pada 1927, dan letusan besar menurut para ahli masih diperkirakan terjadi sekitar 500 tahun lagi.
"Ya terjadi tsunami karena faktornya bukan erupsinya tetapi longsoran bawah laut yang dipicu oleh gerakan-gerakan letusan Gunung Anak Krakatau," lanjutnya.
Sementara itu, hingga kini Indonesia belum memiliki alat peringatan dini tsunami yang disebabkan longsor bawah laut dan erupsi gunung.
Ini membuat masyarakat hampir tak punya kesempatan menyelamatkan diri jika tsunami akibat longsor bawah laut kembali terjadi.
Menurut Sutopo Indonesia baru memiliki alat peringatan dini tsunami yang disebabkan gempa tektonik. BNPB akan mendapat data potensi tsunami kurang dari lima menit setelah gempa tektonik.
Berdasarkan data yang dikumpulkan dari masyarakat, tinggi tsunami yang melanda Selat Sunda beragam dari dua sampai lima meter. Tanjung Lesung adalah salah satu wilayah yang diterjang tsunami setinggi lima meter.
Kabupaten Pandeglang menjadi daerah terparah akibat tsunami. Tercatat ada enam desa di Pandeglang yang belum tersentuh bantuan.
Hingga Selasa pukul 13.00 WIB, BNPB menyebut tsunami sudah mengakibatkan 429 orang meninggal, 1.485 luka-luka, 154 orang hilang dan 16.082 orang mengungsi. (adp/stu)
http://bit.ly/2GCmHsw
December 25, 2018 at 10:51PM from CNN Indonesia http://bit.ly/2GCmHsw
via IFTTT
No comments:
Post a Comment