Pantauan CNNIndonesia.com di lokasi tersebut, bangunan tiga lantai tersebut memang tampak tak terurus. Bangunan tersebut awalnya merupakan Terminal Labuan yang kemudian berubah fungsi menjadi shelter tsunami.
Di bagian depan bangunan, terdapat sebuah papan bertuliskan 'Tanah Ini Milik Pemda Kabupaten Pandeglang'. Kemudian ada sebuah papan lagi yang bertuliskan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Banten.
Hampir setiap bagian gedung telah dicorat-coret dengan berbagai tulisan, baik di bagian tembok maupun di bagian pilarnya.
Bangunan itu sebenarnya dilengkapi pagar yang mengelilingi bangunan. Namun, hampir sebagian besar pagar tersebut telah rusak.
Bangunan shelter tersebut didominasi oleh warna krem dan cokelat muda cenderung jingga. Di lantai paling dasar, terdapat area luas yang justru digunakan untuk memarkir gerobak dagangan. Adapula angkutan umum yang terparkir di area tersebut.
Untuk naik ke lantai, ada dua jalur akses yang bisa digunakan, yakni melalui anak tangga yang berada di sisi kanan gedung dan melalui jalan datar yang ada di depan gedung.
Anak tangga yang terbuat dari bahan semen terbilang licin saat dilewati dengan kondisi hujan rintik dan banyak genangan. Di lantai dua, yang terlihat hanya ruang kosong tak terawat. Di bagian sudut, ada dua buah kamar mandi, pun kondisinya tak terawat dan kotor.
Tak hanya itu, genangan air juga terlihat di berbagai sudut. Sampah berserakan sehingga semakin menampilkan kesan kotor dan tak terawat.
Di lantai paling atas, terdapat sebuah ruang kosong tanpa atap. Di lokasi tersebut, ada pilar-pilar dengan lampu penerapangan yang berada di pinggiran tembok. Lampu-lampu itu bahkan dilengkapi dengan sistem tenaga surya.
Dari lantai dua dan tiga, Teluk Labuan bisa terlihat dengan jelas. Mengingat jarak dari shelter hingga bibir pantai sebenarnya tak terlalu jauh.
Opik, warga setempat yang kebetulan tengah berteduh menceritakan kepada CNNIndonesia.com, bila tempat tersebut tak pernah digunakan sebagaimana fungsinya.
Ia menyebut area lantai dasar bangunan tersebut kini memang hanya digunakan sebagai tempat parkir.
Opik menceritakan bangunan shelter tersebut juga lebih sering digunakan sebagai tempat berkumpul anak-anak muda setempat.
"Banyak dipakai sama ABG (anak baru gede), tempat pacaran ABG lah, banyak yang sering ke sini," ucap Opik di lokasi.
Ia bahkan mengungkapkan polisi terkadang melakukan razia terhadap anak-anak muda di lokasi tersebut. Awalnya, kata Opik, gerbang depan bangunan tersebut sempat digembok. Namun, entah sejak kapan, gerbang itu dijebol sehingga akses keluar masuk menjadi mudah.
Opik berpendapat, bangunan shelter tersebut sebenarnya memang diperlukan, mengingat kawasan tersebut yang dekat dengan bibir pantai.
Meski lokasi shelter tak jauh dari pantai, namun menurutnya lokasi shelter merupakan lokasi yang aman. Alasannya, karena bangunan sheter merupakan bangunan paling tinggi di wilayah tersebut.
Opik sendiri mengaku tak tahu alasan shelter itu tak pernah digunakan hingga akhirnya menjadi tak terawat seperti sekarang ini.
"Enggak tahu juga kenapa jadi kayak gini," kata Kang Opik.
Seorang penjual nasi goreng di depan bangunan shelter, Maman, menuturkan selama ini bangunan memang lebih difungsikan menjadi tempat parkir dan tempat berkumpul anak-anak muda setempat.
"Ya begini jadi tempat parkir, tempat nongkrong, kalau malam Minggu ramai banget di sini," ujarnya.
Maman menuturkan saat peristiwa tsunami pada Sabtu (22/12) lalu banyak yang langsung menyelematkan diri ke geduny shelter. Pasalnya gedung shelter memang merupakan bangunan tertinggi di wilayah tersebut.
"Waktu tsunami kemarin banyak yang ke sini, tapi setelah udah aman pada pulang lagi, enggak mungkin mengungsi di sini," tuturnya.
Ia beranggapan bangunan shelter ini penting bagi masyarakat di wilayah Labuan dan sekitarnya. Ia pun berharap ada upaya pemerintah untuk bisa mengembalikan fungsi bangunan ke fungsi semula.
"Ya penting ini buat warga, pengennya ya pemerintah mungkin bisa diperbaiki, dirawat juga gitu," katanya. (dis/lav)
http://bit.ly/2QOEMZ7
December 25, 2018 at 11:51PM from CNN Indonesia http://bit.ly/2QOEMZ7
via IFTTT
No comments:
Post a Comment