"Saya prihatin dengan kebiasaan narasi miskin etika yang dikeluarkan oleh para pejabat publik hari ini," kata Dahnil di Media Center Prabowo-Sandi, Jakarta Selatan, Selasa (22/1).
Dahnil Anzar Simanjuntak. (CNN Indonesia/Bimo Wiwoho)
|
Dahnil menilai pernyataan yang dia sebut sebagai narasi miskin etika itu bisa jadi muncul karena adanya ketakutan akan kehilangan kekuasaan. Hal ini bisa terjadi, kata dia, lantaran pihak oposisi yakni Prabowo-Sandi di Pilpres ini semakin kuat dan bisa mengalahkan petahana yakni Jokowi-Ma'ruf di kontestasi Pilpres 2019 ini.
"Bisa terjadi karena semakin kuatnya oposisi dan kemungkinan besar akan mengalahkan petahana sehingga yang keluar adalah kalimat-kalimat miskin etik, karena panik," katanya.
Senada, Ketua Advokasi Hukum Partai Demokrat yang juga anggota BPN, Ferdinand Hutahaean menyayangkan sikap pemimpin saat ini justru jauh dari politik santun yang dijunjung di Indonesia.
"Ada dari para pemimpin kita sekarang sangat jauh dari politik dan fatsun bangsa kita yang sebetulnya terkenal dengan adat ketimuran dan budaya santunnya," kata dia.
Dia pun menyebut apa yang diungkapkan Wiranto itu tak memberi contoh baik bagi masyarakat. Dia pun khawatir anak-anak yang saat ini masih sekolah justru menjadikan kata berengsek itu sebagai kata lazim dan tren di kalangan mereka.
"Saya khawatir nanti anak-anak masa depan kita ini semua yang masih sekolah membaca ini akan menjadikan kata berengsek sebagai tren," kata dia.
Dia pun kemudian meminta Wiranto menjelaskan secara spesifik siapa pemimpin brengsek yang dia maksud. Sebab jika dilihat dari definisinya kata dia, berengsek berarti pemimpin yang ingkar janji, suka berbohong, tidak tepat janji, banyak pencitraan membuat ekonomi rusak, hingga membuat bangsa kacau.
Ferdinand Hutahaean. (CNN Indonesia/Feri Agus Setyawan)
|
"Itu yang menurut kami berengsek, jadi yang dimaksud Wiranto siapa, Kalau seperti yang saya nyatakan tadi ciri-cirinya pemimpin brengsek ya tentu kita akan tahu akan pilih siapa pada Pilpres nanti," katanya.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Politik Hukum dan HAM Wiranto mengimbau masyarakat tidak memilih pemimpin berengsek saat pencoblosan Pileg dan Pilpres 2019 pada 17 April mendatang.
Imbauan itu disampaikan Wiranto saat menghadiri Apel Siaga Pengawasan Pemilu 2019 di Dining Hall Wisma Atlet Jakabaring Sport City (JSC) Palembang, Sumatera Selatan, Senin (21/1).
Di hadapan ribuan petugas pengawas pemilu, Wiranto mengatakan masyarakat harus membekali diri dengan informasi yang lengkap sebelum memilih pemimpin, baik itu untuk calon presiden dan wakil presiden maupun legislatif.
"Sesuai dengan pemahaman kita, pemimpin memegang peranan yang sangat penting. Pemimpin akan menentukan jatuh bangunnya suatu negara. Jangan pilih pemimpin brengsek. Pemimpinnya brengsek, negaranya juga brengsek. Pemimpinnya gila, negara bisa bubar," ujar Wiranto.
Meski tidak merujuk kepada salah satu paslon, Wiranto menegaskan negara Indonesia saat ini sudah berada di jalur yang benar dalam pembangunan dan peningkatan kualitas hidup serta perekonomian masyarakat
(tst/ain)
http://bit.ly/2Mpogt9
January 23, 2019 at 01:15AM from CNN Indonesia http://bit.ly/2Mpogt9
via IFTTT
No comments:
Post a Comment