Kendati demikian, Buwas, sapaan akrab Budi Waseso, enggan disalahkan. Sebab, ia bilang keputusan impor jagung ditetapkan dalam rapat koordinasi terbatas di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Dalam rapat itu, ia membawa angka kebutuhan jagung yang sebelumnya diminta oleh peternak kecil.
Selain itu, peternak 'kelas kakap' tak pernah meminta jatah jagung impor ke Bulog. Tak ayal, ia berpikir bahwa pasokan jagung peternak besar sudah mencukupi. Kini, giliran impor jagung terealisasi, peternak besar malah meraung-raung tak kebagian jagung.
"Setelah kami putuskan di rakortas, ternyata banyak yang lainnya, banyak yang minta (jagung impor). Jadi, kan bukan salah kami gitu ya. Pemerintah ini kan berusaha memenuhi apa yang menjadi kebutuhan peternak," jelas Buwas, Selasa (22/1).
Lebih lanjut ia menuturkan jagung impor sebanyak 100 ribu ton itu sudah habis disebar ke peternak kecil dan sudah tidak ada lagi di gudang Bulog. Sehingga, memang tidak tersisa jagung impor yang bisa disebar ke peternak besar.
Dalam jangka waktu dekat, pemerintah berencana untuk menambah impor jagung 30 ribu ton yang sedianya tiba di Indonesia Februari mendatang. Kebutuhan itu, lanjut dia, dianggap sudah sesuai rencana kebutuhan yang sebelumnya sudah masuk ke Bulog.
Hanya saja, ia tak menjelaskan, apakah tambahan impor itu juga mencakup kebutuhan peternak besar. "Yang rencana impor 30 ribu ton itu memang sudah pesanan," tutur dia.
Pun begitu, menurut Buwas, rencana impor jagung pada bulan depan masih bersifat tentatif. Jika jagung sudah bisa dipanen pada bulan depan, maka impor tidak akan dilakukan. Apalagi, lelang importir jagung juga belum dilakukan Bulog karena surat perintahnya baru saja diserahkan Kementerian Perdagangan.
"Jadi, meski sudah ada perintah impor, tapi belum pasti terus dilaksanakan. Kalau pasokan dalam negeri mencukupi ya tidak jadi impor," imbuhnya.
Sebelumnya, Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution menuturkan salah satu evaluasi pelaksanaan impor jagung kemarin ialah masalah distribusi. Saat itu, Bulog disebutnya menyebar jagung impor ke peternak kecil saja.
"Tapi kami sudah ngomong bahwa tidak bisa begitu. Sekarang, jual jagung ke semuanya. Tujuannya bukan sekadar membantu peternak kecil, tapi menurunkan harga jagung. Kalau harga jagung tidak turun, bahkan naik lagi, harga telur pasti tetap tinggi," kata Darmin.
Impor jagung dimaksudkan bagi peternak mandiri dan dijual sesuai harga acuan yang ditetapkan Kementerian Perdagangan dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 58 Tahun 2018 tentang Penetapan Harga Acuan di Petani dan Harga Acuan Penjualan di Konsumen.
Di dalam beleid tersebut, harga acuan penjualan jagung ke konsumen adalah sebesar Rp4.000 per kilogram (kg).
Impor jagung ini dilakukan di tengah dilema produksi yang diperkirakan surplus hingga akhir tahun lalu. Berdasarkan data yang dikantongi Kementerian Pertanian, proyeksi produksi jagung hingga akhir tahun 2018 mencapai 30,4 juta ton.
Proyeksi itu terdiri dari produksi jagung di Pulau Jawa sebanyak 11,6 juta ton dan di Luar Jawa sebanyak 18,4 juta ton. Sementara, konsumsinya secara nasional hanya mencapai 18 juta ton. Artinya, terdapat surplus produksi sebanyak 12,4 juta ton.
(glh/bir)
http://bit.ly/2FQo3hn
January 23, 2019 at 03:43AM from CNN Indonesia http://bit.ly/2FQo3hn
via IFTTT
No comments:
Post a Comment