Jika korset pada masa Victoria melukiskan wanita yang feminin, korset di tangannya bakal menyembunyikan senjata atau lebih tepatnya pistol.
"Saya tidak tahu bahwa korset sudah ketinggalan zaman, tetapi ini tak pernah begitu berguna," kata Taylor melansir dari Reuters, Jumat (25/1).
Di negara-negara maju, pistol jadi barang yang legal dibawa ketika pemiliknya mengantongi izin. Tak hanya pria, wanita pun lazim bersenjata.
Selama bertahun-tahun perusahaan pembuat senjata mengais para waniat untuk dijadikan target pasar. Malah sekarang wanitalah yang menggerakkan pertumbuhan perusahaan.
Kebutuhan akan senjata api mulai menanjak mulai 2016. Mau tak mau ini diikuti dengan tumbuhnya kebutuhan akan aksesori pelengkap.
Taylor mendirikan perusahaan Dene Adams pada 2013. Perusahaan berdiri atas rasa frustasi kurangnya penyedia sarung pistol untuk wanita.
Awalnya ia hanya mencoba menjahit maouse pad pada salah satu korsetnya. Ide ini kemudian memunculkan 13 desain sarung. Pada 2014 penjualan sarung mencapai US$250ribu atau sekitar Rp3,5 miliar. Pada 2018, angka ini bertambah hingga US$1 juta atau Rp14 miliar.
Tahun ini celana yoga jadi barang yang cukup 'seksi'. Celana ini cukup mampu menopang berat pistol. Taylor menarik roknya dan menunjukkan celana pendek dengan wadah senjata pada bagian paha. Desain seperti ini memungkinkan wanita untuk membawa pistol meski mengenakan gaun malam saat pesta.
Sarung senjata untuk pria biasanya didesain untuk dikenakan sebagai ikat pinggang. Namun busana wanita sangat bervariasi. Mereka memerlukan beragam pilihan desain seperti bra, pinggang, perut, lengan, paha, tumit dan tas. Ini pun bakal menuntut wanita untuk bisa menembak dari beragam posisi.
Sementara itu Claudia Chisom, pemilik perusahaan Gun Tote'n Mamas bercerita betapa ia takjub saat pertama kali melakukan pertunjukan pada 2009. Perusahaannya membuat tas untuk membawa pistol. Orang-orang belum begitu peduli saat itu. Namun kehadiran tas ini lama-kelamaan memperoleh perhatian publik.
Desain tas Chisom memungkinkan wanita untuk menarik senjata dalam dua detik saja.
Meski demikian, hak memiliki senjata di Amerika Serikat masih jadi perdebatan. Namun wanita melihat senjata sebagai sesuatu yang mendayakan. Gerakan #MeToo meningkatkan kesadaran akan pelecehan seksual. Menurut Dianna Muller, pensiunan polisi dari Tulsa, Oklahoma menganggap senjata api sebagai penyeimbang yang kuat.
"Bertumbuh, generasi perempuan di masa saya sudah dibertahu bahwa kita bisa melakukan apapun yang kita inginkan," ujar wanita yang kini berprofeis sebagai penembak profesional ini. (els/osc)
http://bit.ly/2Tdvovb
January 28, 2019 at 09:21AM from CNN Indonesia http://bit.ly/2Tdvovb
via IFTTT
No comments:
Post a Comment