"Kami tidak akan bagi dividen dua tahun. 2021 mulai ada sedikit (dividen), 2022 besar, 2023 anteng (stabil)," ujar Direktur Utama Inalum Budi Gunadi Sadikin usai menghadiri sebuah acara, Jumat (9/1).
Berdasarkan prognosa Inalum, pendapatan Freeport pada tahun ini diperkirakan ada di kisaran US$3,14 miliar atau merosot 51,8 persen dibandingkan perkiraan pendapatan tahun lalu yang mencapai US$6,52 miliar. Sementara pada 2017, Freeport mencatatkan pendapatan sebesar US$4,4 miliar.
Merosotnya pendapatan berimbas pada anjloknya laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) Freeport Indonesia. Laba EBIDTA Freeport tahun ini diproyeksi turun dari US$4 miliar pada tahun lalu menjadi US$1,26 miliar. Adapun pada 2017, Freeport mencatatkan laba operasional (laba sebelum bunga dan pajak) sebesar US$2,02 miliar.
Pada 2020, perseroan memperkirakan pendapatan perseroan akan kembali menanjak menjadi US$3,83 miliar. Kondisi itu diikuti kenaikan EBITDA menjadi US$1,79 miliar.
Setelah itu, pendapatan dan EBITDA perusahaan akan terus menanjak hingga mencapai puncaknya pada 2023 di mana pendapatan diramal bakal mencapai US$7,46 miliar dan EBITDA mencapai US$4,5 miliar.
Meski laba turun, Budi mengungkapkan investasi perusahaan tidak akan terganggu. Budi memperkirakan investasi tahun ini hingga 2023 akan berkisar US$1 miliar hingga US$1,4 miliar per tahun.
"Investasi itu di luar smelter (fasilitas pemurnian dan pengolahan)," ujarnya.
Sebagai catatan, Freeport Indonesia terakhir kali membagikan dividen kepada pemerintah untuk tahun buku 2017 sebesar US$103 juta atau sekitar Rp1,4 triliun dengan asumsi kurs Rp14 ribu per dolar AS. Dividen tersebut diberikan atas kepemilikan saham pemerintah sebesar 9,36 persen. (sfr/agi)
http://bit.ly/2VEZFVB
January 10, 2019 at 03:47AM from CNN Indonesia http://bit.ly/2VEZFVB
via IFTTT
No comments:
Post a Comment