Dari pinggir kandang gajah ia memerhatikan para pengunjung kebun binatang yang memang tengah membludak pada hari libur tahun baru ini kegirangan melihat hewan berbelalai panjang tersebut.
Sugihartoyo mengatakan selama ini gajah-gajah yang dirawatnya tak risau ketika kandang mereka dikerumuni pengunjung kebun binatang. Suara teriak kagum atau tangis anak kecil yang dibawa keluarganya ke sana pun tak mengganggu para gajah yang dirawatnya.
Biasanya, kata Sugi, pengunjung memang sangat ramai di hari libur. Akan lebih ramai lagi ketika feeding time karena pengunjung ingin melihat hewan diberi makan.
"Kita kasih makannya nggak langsung tapi rutin. Pagi kemudian pas feeding time jam 11 lalu nanti agak sorean," ujar Sugi saat berbincang dengan CNNIndonesia.com di luar kandang gajah tersebut.
Makanan yang diberikan kepada para gajah yang jumlahnya sembilan itu adalah rumput dan buah-buahan yang beratnya hingga 200 kg kepada para gajah secara berkala setiap harinya. Kata dia, jumlah makanan itu sudah lebih dari cukup untuk mensejahterakan para gajah yang dirawatnya.
Sugi telah bekerja di Kebun Binatang yang semula berada di kawasan Cikini, Jakarta Pusat itu sejak 1990an silam.
Sugi mengatakan kesejahteraan para hewan di Ragunan memang sudah meningkat belakangan ini. Tak ada lagi hewan sakit karena dokter siap siaga menjaga, begitu pun tak ada lagi kekurangan makanan karena kurangnya dana.
Tak hanya itu, pengelola kini juga sudah tak memperbolehkan gajah gajah untuk dinaiki pengunjung atau dikeluarkan dari kandang. Kata Sugi, mungkin hal itu karena protes para pecinta gajah.
"Dulu di sini kita boleh bawa keluar. Sekarang nggak boleh lagi. Tapi sebetulnya gajah butuh jalan-jalan banyak ya agar dia nggak stress," kata pria yang berdomisili di Tanjung Priok, Jakarta Utara tersebut.
Sugihartoyo berada di luar area kandang gajah di Kebun Binatang Ragunan, 1 Januari 2019. (CNN Indonesia/Kustin Ayuwuragil)
|
Tantangan Bagi Seorang Pawang Gajah
Sugi menerangkan tak sembarang orang bisa menjadi perawat gajah di kebun binatang tersebut. Orang itu harus bisa menyayangi dan dekat dengan gajah meski hewan cerdas itu cukup menantang untuk didekati.
"Pendekatan dengan gajah setiap hari berinteraksi langsung kasih makan tiap hari. Memang gajah itu lama pendekatannya makanya harus setiap hari interaksi," ujar pria yang telah merawat gajah di Ragunan sejak 1997 silam itu.
Sugi mengaku pekerjaan yang saat ini diampunya sangat menyenangkan dan membanggakan. Setiap hari dia berinteraksi dengan mamalia besar dan dekat dengan mereka.
"Kita bisa dekat dengan hewan. Ada kebanggaan gitu kita bisa dekat dengan hewan segede itu," lanjut Sugi.
Namun berdekatan dengan Gajah Sumatera katanya juga menantang. Bahkan dibandingkan dengan harimau, gajah lebih menantang karena bisa terjadi suatu waktu mengamuk akibat suasana hati yang tidak baik.
Tak seperti penjaga harimau, penjaga gajah tak dilindungi pembatas. Akibatnya, andai gajah sedang tegang, tugas Sugi adalah membuatnya tetap tenang secara langsung tanpa pembatas.
"Kesulitannya ya kalau dia lagi nggak mood atau sakit. Sakitnya selama ini nggak terlalu parah ya paling cuma mencret atau cacingan aja atau kembung," papar Sugi.
"Cacingan dia biasanya nggak mau makan atau nafsu makannya menurun. Padahal kan dia harus tetap makan. Kita harus tahu memang tingkah lakunya gajah kalau kesehatannya biasanya kita bisa lihat dari fecesnya,"sambung Sugi.
Selain itu, tugasnya sehari hari adalah memastikan kebersihan diri dan lingkungan gajah terjaga. Sugi dan tiga rekannya setiap pagi harus membersihkan kotoran gajah dan memandikan mereka.
Berbeda dengan sembilan gajah yang sudah dirawatnya puluhan tahun di Ragunan, Sugi mengatakan keprihatinannya pada gajah liar yang diburu untuk diambil gadingnya. Padahal, regenerasi gajah memakan waktu yang sangat lama.
"Kami nggak setuju itu. Kasihan sekali gajah liar yang dibunuh karena gadingnya," kata dia.
Di Ragunan, misalnya, gajah bernama Agustin lahir pada 1999 dan baru melahirkan anak bernama Lestari pada di tahun 2013. Oleh karena itu, katanya, pembunuhan terhadap gajah harus dihentikan jika tidak ingin hewan khas Indonesia ini punah.
(kid)http://bit.ly/2ArYVdl
January 02, 2019 at 01:17AM from CNN Indonesia http://bit.ly/2ArYVdl
via IFTTT
No comments:
Post a Comment