Saat meluncur pada November 2016, Astra Daihatsu Motor (ADM) mengatakan target penjualannya 200-250 unit. Sementara itu hasil penjualannya selama ini tidak pernah mencapai 100 unit per bulan.
Direktur Pemasaran ADM Amelia Tjandra mengatakan pasar Hi-Max saat ini sangat kecil, diungkap di bawah 20 unit per bulan. Dia juga mengatakan ADM belum memproduksi Hi-Max pada tahun ini.
Saat ini stok pikap bermesin 1.000 cc itu berkisar 15 unit produksi 2018. Menurut Amelia, produksi Hi-Max hanya akan dilakukan untuk memenuhi stok.
Amelia menjelaskan faktor terbesar Hi-Max tidak jadi pilihan masyarakat karena kompetisi, namun bukan berasal dari merek lain melainkan saudara sendiri, pikap Gran Max yang berukuran lebih besar.Amelia bilang, pada awalnya seting harga Hi-Max sengaja dibuat lebih murah Rp20 juta sampai Rp30 juta dari Gran Max. Namun masalahnya, konsumen yang mengambil tipe pembayaran cicilan tidak begitu merasakan selisih harga itu.
Atas pertimbangan pembayaran cicilan bulanan kedua produk yang tidak terlalu beda, konsumen disebut cenderung memilih Gran Max yang punya pilihan mesin lebih besar (1.300 cc dan 1.500 cc) serta sanggup mengangkat beban lebih berat.
"Karena Gran Max sama Hi-Max itu cicilan per bulan bedanya Rp100 ribu - Rp200 ribu, orang mendingan ambil Gran Max," kata Amelia, di Karawang, Jawa Barat, Rabu (6/3).
Tidak Ada SolusiAmelia mengatakan belum ada keputusan menghentikan produksi dan penjualan Hi-Max di dalam negeri. Dia juga menolak mengamini ADM salah perhitungan soal strategi harga Hi-Max sedari awal.
Sikap ADM sejak tahun lalu yaitu memanfaatkan jalur produksi Hi-Max di pabrik Sunter buat menghasilkan lebih banyak Terios dan Toyota Rush. Pada tahun ini, jalur produksinya juga disebut digunakan untuk membantu Xenia dan Toyota Avanza.
"Jalur produksinya itu bisa dipakai buat yang lain. Bisa dipakai buat Terios waktu itu, makanya bisa ekspor," sebut Amelia. (fea/mik)
https://ift.tt/2XDOe1i
March 07, 2019 at 02:51AM from CNN Indonesia https://ift.tt/2XDOe1i
via IFTTT
No comments:
Post a Comment