Sementara itu, kurs referensi Bank Indonesia Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) menempatkan rupiah di posisi Rp14.242 per dolar AS atau menguat dibanding Jumat yang hanya Rp14.310 per dolar AS. Adapun, rupiah hari ini diperdagangkan di kisaran Rp14.222 per dolar AS hingga Rp14.245 per dolar AS.
Sore ini, sebagian besar mata uang Asia menguat terhadap dolar AS. Rupee India menguat sebesar 0,82 persen, won Korea Selatan menguat 0,44 persen, ringgit Malaysia menguat 0,35 persen, dan dolar Singapura sebesar 0,11 persen. Kemudian yuan China menguat sebesar 0,01 persen terhadap dolar AS.
Namun, ada beberapa mata uang yang justru melemah terhadap dolar AS seperti baht Thailand sebesar 0,03 persen, yen Jepang sebesar 0,04 persen, dan peso Filipina sebesar 0,09 persen. Di sisi lain, dolar Hong Kong terlihat tidak menunjukkan pergerakan terhadap dolar AS.
Di sisi lain, mata uang negara maju seperti poundsterling Inggris melemah 0,19 persen. Namun, Euro dan dolar Australia masing-masing menguat sebesar 0,16 persen dan 0,4 persen terhadap dolar AS. Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan penguatan rupiah kali ini merupakan imbas dari pengaruh internal dan eksternal.
Dari luar negeri, data ekonomi AS tercatat masih lemah setelah Jumat (15/3) lalu pemerintah AS merilis data manufaktur AS pada Februari yang turun 0,4 persen. Penurunan tersebut melanjutkan tren pelemahan sebelumnya.
Dengan demikian, maka akan ada ekspektasi bahwa bank sentral AS The Fed tak akan menaikkan suku bunga acuannya dalam waktu dekat. Kemudian, pelaku pasar juga sedikit lega dengan proses keluarnya Inggris dari Uni Eropa, atau biasa disebut Brexit, setelah parlemen Inggris dan Perdana Menteri Theresa May sepakat untuk menghindari keluarnya Inggris tanpa kompensasi, atau biasa disebut dengan no-deal Brexit.
Kemudian, yang menjadi berkah untuk rupiah hari ini adalah pergerakan harga minyak dunia yang landai. Menurut dia, Indonesia adalah negara importir minyak. Penurunan harga minyak bisa membuat nilai impornya makin rendah. "Dengan kondisi tersebut, kebutuhan dolar untuk impor bisa ditekan sehingga rupiah menguat," katanya Senin (18/3) sore.
[Gambas:Video CNN]
Selain sentimen tersebut, rupiah juga mendapatkan angin segar dari rilis data Badan Pusat Statistik (BPS) yang mencatat neraca perdagangan Februari 2019 mengalami surplus sebesar US$330 juta.
"Ini membuat tekanan di neraca perdagangan akan berkurang, dan nantinya merambat ke perbaikan di pos transaksi berjalan. Dengan transaksi berjalan yang lebih kuat, meski masih defisit, rupiah punya pondasi yang kuat sehingga tidak mudah terombang-ambing," jelas Ibrahim.
Sementara itu, Analis Monex Investindo Dini Nurhadi Yasyi mengatakan penguatan rupiah disebabkan karena kondisi ekonomi global yang tenang dan fundamental ekonomi Indonesia yang kuat. Mengambil celah tersebut, tak heran rupiah menguat.
"Hari ini tidak ada rilis data penting juga, jadi cenderung tenang," jelas Dini.
(glh/agt)https://ift.tt/2JyR9Wj
March 19, 2019 at 12:00AM from CNN Indonesia https://ift.tt/2JyR9Wj
via IFTTT
No comments:
Post a Comment