Pages

Friday, March 1, 2019

Karier Cemerlang Sani Sudah Diprediksi Guru SD

Jakarta, CNN Indonesia -- Mimpi guru SD untuk menyaksikan Sani Rizki Fauzi beraksi di televisi menjadi nyata setelah muridnya berhasil mengantar Timnas Indonesia U-22 juara Piala AFF U-22 2019.

Sejak kecil, teknik sepak bola Sani memang terlihat menonjol di antara teman sebayanya. Guru sekolah dasar Sani bahkan sudah membayangkan anak didiknya jadi sorotan di televisi.

Edi Riadi, ayah Sani, menceritakan cita-cita anaknya untuk tampil di televisi terinspirasi dari pesan guru. Edi pun bertekad menjaga mimpi putranya jadi pesepakbola profesional.

Edi tak menyangka, cita-cita putranya sudah bisa tercapai sejak usia 21 tahun. Bahkan Sani jadi buah bibir setelah sukses mencetak gol penyama kedudukan ke gawang Thailand di final Piala AFF pekan lalu.

"Jadi dulu guru olahraganya Sani, Bu Ita, pernah bilang ingin menyaksikan Sani masuk televisi," buka Edi Riadi saat ditemui di Mako Brimob Kwitang, Jumat (1/3).

Karier Cemerlang Sani Sudah Diprediksi Guru SDSani Rizki Fauzi. (ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana)
"Mungkin Bu Ita sudah tahu Sani bagus di bidang olahraga. Sani juga bilang, 'Bu, mudah-mudahan ibu dipanjangkan umur bisa liat Sani main di TV.' Alhamdulillah tercapai cita-citanya, sampai kami semua mengeluarkan air mata karena sangat bangga sekali," kata Edi menambahkan.

Garuda Muda berhak membawa pulang trofi Piala AFF 2019 usai mengalahkan Thailand 2-1 di Stadion Olimpiade (26/1). Gol kemenangan Tim Merah Putih dicetak Osvaldo Haay.

Dua Tahun

Edi menceritakan tanda-tanda Sani punya bakat sepak bola sudah mulai terlihat sejak usia dua tahun.

"Jadi begini, sejak usia dua tahun sudah ketahuan ada ciri khasnya. Waktu itu saya punya uang Rp30 ribu, saya belikan mainan robot-robotan dan tidak dimainkan. Tapi kalau dikasih bola, dia mau," ucap Edi.

Sani Rizki Fauzi.Sani Rizki Fauzi. (CNN Indonesia/Arby Rahmat Putratama)
"Bahkan sampai tidur, bolanya tetap tidak lepas. Ya memang seperti itu. Usia tiga sampai empat tahun, perkembangan Sani di bola bagus," ucapnya melanjutkan.

Ibu Sani, lanjut Edi, juga merupakan pemain bola. Edi mengatakan darah bola Sani diwarisi ibunda.

"Kalau saya memang di bola tidak cocok karena gampang emosi. Kalo saya cita-citanya mau jadi petinju era Elias Pical dulu. Waktu dulu di RT saya juga ada dua jatah jadi tentara tapi tidak direstui orang tua," ujar Edi.

"Intinya jadi tentara tidak kesampaian, cita-cita jadi petinju. Sampai saya mengumpulkan pasir untuk dibikin kantung, ini urat tangan saya sampai patah saking saya senangnya waktu itu," tuturnya. (map/jun)

Let's block ads! (Why?)


https://ift.tt/2XrVQE2
March 02, 2019 at 12:14AM from CNN Indonesia https://ift.tt/2XrVQE2
via IFTTT

No comments:

Post a Comment