Kondisi stunting dapat berdampak buruk pada perkembangan otak dan kehidupan anak di masa depan. Masalah ini sebenarnya dapat dicegah dengan memberikan nutrisi yang tepat di masa kehamilan dan menyusui.
Dalam debat putaran ketiga, Ma'ruf menyebut bahwa penanganan stunting dilakukan selama 1.000 hari sebelum dan sesudah kelahiran. Ini merujuk pada program 1.000 hari pertama kehidupan (HPK) milik Kementerian Kesehatan yang digalakkan untuk menjaga kesehatan anak dari ragam penyakit yang tak cuma melulu perkara stunting.
Pencegahan dan penanggulangan stunting harus dimulai sebelum dan sesudah kelahiran anak.
Ahli gizi dr Saptawati Bardosono menjelaskan, seorang ibu hamil harus memenuhi kebutuhan protein dan vitamin serta mineral seperti zat besi, asam folat, seng, kalsium, dan vitamin D pada trimester satu dan dua kehamilan. Nutrisi ini bisa didapat dari makanan yang beragam.
Pada trimester tiga, fokus asupan nutrisi sedikit berganti. "Trimester tiga harus tercukupi asupan energi juga dari karbohidrat dan lemak," kata Saptawati kepada CNNIndonesia.com, Senin (18/3)
Setelah melahirkan, ibu juga harus memiliki nutrisi yang cukup untuk menyusui. Akademisi di Universitas Indonesia ini menjelaskan, ASI yang berkualitas didapatkan dari asupan karbohidrat, lemak, protein, serta vitamin dan mineral, khususnya asam lemak tak jenuh ganda dan asam amino esensial.
Asam lemak tak jenuh ganda bisa didapatkan dari ikan dan kacang-kacangan. Sedangkan sumber asam amino esensial yang baik adalah putih telur dan dada ayam.
Menurut Saptawati, nutrisi pada fase-fase kehamilan dan menyusui penting untuk mencegah stunting.
"Mulai kehamilan dengan ibu bergizi baik, dengan tinggi badan di atas 150 cm dan IMT normal 18,5-22,9, konsumsilah berbagai jenis makanan agar ada asupan zat gizi yang lengkap," kata Saptawati.
Ibu hamil juga dianjurkan untuk tidak mengonsumsi bahan berbahaya, hindari makan tinggi kalori, lemak, gula dan garam. Hindari pula paparan lingkungan yang tidak bersih dan rajin beraktivitas serta rutin kontrol kesehatan.
Secara medis, stunting merupakan kondisi tubuh pendek yang sertai dengan malnutrisi kronik dan penyakit kronik.
"Stunting itu kondisi pendek yang diukur memakai kurva WHO nilainya di bawah -2. Ditandai dengan pendek, disertai berat badan rendah akibat malnutrisi kronik atau penyakit kronik," kata Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr Aman Bhakti Pulungan.
Aman menjelaskan, stunting disebabkan oleh multifaktor seperti infeksi penyakit dan gangguan pencernaan pada saat anak berusia di bawah 2 tahun. Kondisi ini ditandai dengan tinggi dan berat badan yang tidak adekuat.
Oleh karena itu, memantau tumbuh kembang anak di posyandu, puskesmas, atau rumah sakit penting untuk mengetahui kondisi anak dan mencegah stunting. Kondisi stunting hanya dapat ditetapkan setelah melewati perhitungan kurva dan pemeriksaan dokter. Setelah itu, dokter akan memberikan penanganan sesuai dengan penyebab stunting.
Aman memperingatkan jika orang tua terlambat menyadari, stunting dapat membuat perkembangan otak anak terhambat karena di masa inilah otak berkembang dan tak bisa lagi diperbaiki di masa depan.
Akibatnya, penelitian menunjukkan anak yang stunting memiliki kecerdasan atau IQ yang rendah dan akan berdampak jangka panjang pada masa depan seperti pekerjaan dan ekonomi.
Selain memonitor perkembangan anak, stunting juga dapat dicegah dengan asupan nutrisi yang tepat sejak masa kehamilan.
[Gambas:Video CNN] (ptj/asr)
https://ift.tt/2HEFCSz
March 18, 2019 at 11:08PM from CNN Indonesia https://ift.tt/2HEFCSz
via IFTTT
No comments:
Post a Comment