Pages

Sunday, May 12, 2019

Perjalanan Kolektor Komik Mencari 'Surga dan Neraka'

Jakarta, CNN Indonesia -- Sembari mengisap rokok kretek, Henry Ismono menceritakan pengalamannya mengoleksi komik. Berbagai genre komik ia koleksi agar dapat memahami sejarah komik Indonesia, termasuk komik agama yang bertema surga-neraka.

Perkenalan Henry dengan komik surga-neraka dimulai saat ia berusia tujuh tahun. Kala itu ia duduk di kelas 2 Sekolah Dasar di Salatiga pada 1972. Sejak kecil, ia suka membaca hingga sering ke toko buku di dekat sekolah. Uang saku selalu ia sisihkan untuk membeli komik.

"Saya beli komik surga neraka di sana. Waktu pertama kali baca saya takut, ternyata neraka kayak gini. Mencekam," kata Henry saat ditemui CNNIndonesia.com beberapa waktu lalu.

Taman Firdaus merupakan komik surga neraka pertama yang Henry baca saat itu. Komik terbitan PT Melodi pada 1958 itu ditulis KT Ahmad dan dilukis Ruchijat dan mengisahkan kehidupan dua sosok yang sangat berbeda, satu baik dan satu buruk.


Jalan cerita Taman Firdaus tergolong sederhana. Alkisah, sosok baik bernama Saleh masuk surga ketika meninggal karena selalu berbuat kebaikan, sementara sosok jahat bernama Karma masuk neraka dan mendapat siksaan ketika meninggal.

Siksaan neraka juga tersaji dalam Taman Firdaus. Beberapa di antaranya dicambuk, dipukul pakai kayu, dicabik burung, dan ditarik menggunakan rantai panas. Selain itu, ditampilkan pula proses pencabutan nyawa yang sulit bagi orang berperilaku buruk.

"Bagi saya yang paling menakutkan adalah proses pencabutan nyawa yang susah, itu kan proses yang menyakitkan. Itu tetap menakutkan walau saya seorang Nasrani. Kala itu, enggak berani berbuat buruk," kata Henry mengingat masa kecilnya.

Kolektor komik Henry Ismono mengoleksi berbagai komik Indonesia sejak 2005. Ia memiliki ribuan judul komik surga nerakaKolektor komik Henry Ismono mengoleksi berbagai komik Indonesia sejak 2005. Ia memiliki ribuan judul komik surga neraka. (CNN Indonesia/M. Andika Putra)
Saat kecil, Henry tak pernah lagi membeli komik siksa neraka karena merasa takut. Kala itu ia juga membaca komik Nasrani yang bercerita tentang Yesus, Nabi Musa dan Nabi Adam. Ia menyebut tidak ada gambar neraka yang seram nan sadis pada komik itu.

Perlahan Henry mulai meninggalkan komik agama seiring beranjak dewasa. Saat duduk di Sekolah Menengah Pertama, ia lebih tertarik membaca buku sastra karya-karya Marah Roesli, Sutan Iskandar dan Sutan Takdir Alisjahbana. Sesekali, ia membaca kembali Taman Firdaus hanya sekadar nostalgia.

Henry tak menyangka ia tumbuh dewasa menjadi kolektor komik Indonesia. Di sela-sela berbincang dengan CNNIndonesia.com, mantan wartawan ini beberapa kali menunjuk ribuan yang tersusun rapi pada tiga lemari yang ada di rumahnya di kawasan Ciledug, Tangerang. Komik-komik itu ia bungkus dalam plastik agar tak berdebu.

Mantan wartawan tabloid Nova ini mengaku mulai mengoleksi komik kala dirinya sudah memiliki pendapatan sendiri. Ia mengaku separuh gajinya habis untuk mengoleksi komik.


"Dulu kalau ada bonus dari kantor, enam kali dalam satu tahun, ya buat beli komik. Puncak kegilaan ketika saya pensiun dini 2015, saya dapat pesangon, saya pakai Rp100 juta buat beli komik," katanya.

Henry mengaku awalnya belum tertarik mengoleksi komik surga-neraka. Kala itu ia lebih senang mengoleksi komik silat seperti Si Buta Dari Gua Hantu, Panji Tengkorak, Jaka Sembung dan Mandala. Selain itu, ia mengoleksi komik pahlawan super seperti Gundala Putra Petir.

Komik surga neraka generasi awal yang terbit pada akhir dekade 50an dan awal dekade 60an memuat penggalan ayat-ayat Alquran, firman Allah dan Hadis. Pada komik itu gambar neraka beserta kesadisan siksaan masih sedikit.Komik surga neraka generasi awal yang terbit pada akhir dekade 50an dan awal dekade 60an memuat penggalan ayat-ayat Alquran, firman Allah dan Hadis. Pada komik itu gambar neraka beserta kesadisan siksaan masih sedikit. (CNN Indonesia/M. Andika Putra)
Ia biasa membeli komik dari pedagang di Surabaya dan Malang yang sudah dikenal. Kerap kali ia meminta pedagang mencari komik yang sedang diincar. Sementara kalau di Jakarta, ia biasa berburu komik di Jatinegara, Senen, Pamulang, Kota dan dekat Stasiun Lenteng Agung.

Tindak tanduk Henry tercium oleh media massa sehingga ia diliput pertama kali pada 2009. Sejak saat itu media massa cetak dan elektronik langganan ke rumahnya. Dari saat itu, muncul kesadaran Henry bahwa tidak cukup hanya mengoleksi komik silat dan pahlawan super saja.

"Setiap diwawancara saya bilang ingin berbagi lewat komik, siapa saja mau boleh datang ke rumah, mahasiswa juga boleh. Komik bisa diapresiasi, bukan sekadar bacaan, tapi ada nilai-nilai yang terkandung," kata Henry.


Akhirnya ia mulai mengoleksi komik surga-neraka pada 2014. Ia mengingat bagaimana rasa takut saat membaca komik surga-neraka kala kecil. Baginya komik ini adalah salah satu yang paling menarik.

"Komik surga neraka ini tidak banyak yang pandang, teman-teman kolektor anggap komik tersebut tidak bagus untuk dikoleksi. Perburuan tidak sulit karena tidak banyak yang cari dan pada masanya komik ini diproduksi terus," kata Henry.

Komik surga-neraka termahal menurut Henry adalah Taman Firdaus yang dijual sekitar Rp70 ribu sampai ratusan ribu, sementara komik surga-neraka lain hanya dijual seharga Rp1.000 sampai Rp5.000.

Perjalanan Kolektor Komik Mencari 'Surga dan Neraka'Perburuan komik surga-neraka disebut Henry sering membuahkan hasil saat ditugaskan oleh kantor ke luar Jakarta.  (CNN Indonesia/M. Andika Putra)
Perburuan komik surga-neraka disebut Henry sering membuahkan hasil saat ditugaskan oleh kantor ke luar Jakarta. Ia ingat menemukan komik surga-neraka di toko yang menjual alat salat ketika sedang meliput di Sumatera Barat.

"Peredaran terbesar komik surga neraka di Sumatera Barat itu besar, di sana kan memang agamanya [Islam] kuat," kata Henry.

Bahkan Henry sempat bertemu dengan salah satu kreator komik surga-neraka, Eroest BP, yang tinggal di Malang, Jawa Timur. Pada pertemuan itu, ia mendapat informasi bahwa gambar surga dan neraka dalam komik dibuat berdasarkan hadis.

Namun, hal itu tidak terjadi pada semua komik. Pasalnya gambar pada komik surga-neraka yang terbit di dekade '70-an cenderung asal-asalan dan tidak lagi memuat penggalan ayat-ayat Alquran.

Komik surga neraka yang muncul pada awal memiliki cerita dan gambar serupa dengan komik Taman Firdaus (1958) karya K. T. Ahmar. Komik koleksi Henry Ismono.Komik surga neraka yang muncul pada awal memiliki cerita dan gambar serupa dengan komik Taman Firdaus (1958) karya K. T. Ahmar. Komik koleksi Henry Ismono. (CNN Indonesia/M. Andika Putra)
Sejak 2017, Henry tidak terlalu aktif mengoleksi komik karena hampir semua komik yang ia inginkan sudah berhasil didapat. Kini ia fokus sebagai pengkaji komik dan sudah menerbitkan tiga buku tentang hal itu.

Sepanjang 15 tahun mengoleksi berbagai macam komik, baginya komik surga-neraka adalah komik yang paling fenomenal. Komik itu selalu ada dan diproduksi terus meski hanya didistribusikan secara 'bawah tanah'.

"Sampai sekarang komik surga neraka masih ada walau tidak segencar dulu, selalu ada. Komik itu selalu memiliki tempat di masyarakat pada setiap era," kata Henry.

(adp/end)

Let's block ads! (Why?)


http://bit.ly/30gBIX4
May 13, 2019 at 02:16AM from CNN Indonesia http://bit.ly/30gBIX4
via IFTTT

No comments:

Post a Comment