Anies, menurutnya, mengalihkan persoalan dengan membandingkan banjir di masa kepemimpinannya dengan banjir tahun 2015 ketika era Gubernur Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
"Enggak perlu mengalihkan ke pemerintah sebelumnya. Saya pikir akan lebih arif melakukan terobosan seperti yang dijanjikan," kata Gembong saat dihubungi di Jakarta, Jumat (3/5).
Anies sebelumnya mengatakan bahwa jumlah pengungsi akibat banjir di era pemerintahan Ahok pada 2015 lalu mencapai 230 ribu orang.
Angka itu menurut Anies, jauh lebih besar ketimbang dampak banjir yang terjadi pada akhir April kemarin yang berkisar di angka 1.600 orang saja.
"Hanya 1.600 orang yang mengungsi. Pada waktu beliau yang bertugas sampai 200 ribu lebih orang yang harus mengungsi," kata Anies di Jakarta, Kamis (2/5).
Anies menambahkan bahwa tantangan banjir yang dihadapi oleh Basuki saat itu lebih sulit ketimbang banjir yang ia hadapi saat ini.
Namun data milik BPBD DKI Jakarta menunjukkan angka yang berbeda. Pada 2015, banjir di Jakarta menyebabkan 45.813 jiwa mengungsi dengan titik banjir di 702 RW dan bukan 230 ribu orang.
Jumlah pengungsi itu kemudian turun pada banjir 2016 di angka 7.760 orang dan wilayah terdampak 460 RW. Tahun berikutnya, angka pengungsi naik sedikit menjadi 9.100 orang dan wilayah terdampak 375 RW.
Padahal pada 2014 atau di masa estafet dari Joko Widodo ke Basuki, banjir besar di Jakarta menyebabkan 167.727 orang mengungsi, 23 orang meninggal, dan 688 RW terdampak.
[Gambas:Video CNN] (bin/ugo)
http://bit.ly/2GTZizZ
May 04, 2019 at 11:41AM from CNN Indonesia http://bit.ly/2GTZizZ
via IFTTT
No comments:
Post a Comment