Psikolog Firman Ramdhani menuturkan, jika puasa hanya dimaknai sebagai kewajiban menahan haus dan lapar, efek yang didapat tidak akan signifikan. Tapi, jika dilakukan dengan sungguh-sungguh, puasa bisa jadi sarana terapi demi meningkatkan kesehatan mental seseorang.
Psikolog dari Personality Development Center ini menjelaskan, prefrontal cortex (PFC) pada bagian depan otak manusia menjalan fungsi berpikir, mempertimbangkan, dan mengambil keputusan rasional.
"Secara kesehatan mental, ini [puasa] bagian penting untuk mengontrol fungsi otak manusia. PFC yang aktif biasanya akan sangat bermanfaat untuk mengontrol fungsi emosi," kata Firman pada CNNIndonesia.com, Kamis (23/5).Fungsi emosi ini dikontrol bagian otak yang disebut amigdala. Amigdala seseorang yang mengalami gangguan emosi berada dalam kondisi aktif, sedang PFC tak berfungsi.
"Puasa melatih PFC, melatih rem. Contoh, misalnya ketika kita puasa, kita mau lihat Instagram. Ada gambar seksi, nih, lalu kita scroll. [Puasa] sebenarnya rem, [lewat] rasa takut puasa enggak berkah. Kemudian juga rem saat mau ngomong kasar, mau berbohong. Puasa mengaktifkan otak pertimbangan dengan membuat kita jadi sadar," papar Firman.
Dengan berpuasa, diharapkan fungsi 'rem' pada otak bisa terus berjalan. Namun, Firman mengatakan, sebuah penelitian menyebut dibutuhkan waktu selama 21-27 hari bagi perilaku baru untuk kemudian benar-benar terbentuk di otak.
"Perilaku baru ini bisa berlanjut. Idealnya setelah puasa, dilanjutkan lagi puasa sunah," pungkas Firman.
[Gambas:Video CNN] (els/asr)
http://bit.ly/2VJedlX
May 25, 2019 at 03:41AM from CNN Indonesia http://bit.ly/2VJedlX
via IFTTT
No comments:
Post a Comment