Momen buka bersama itu dihadiri oleh umat Muslim, Kristen, dan Buddha. Acara tersebut dimanfaatkan pengurus gereja dan para ekspatriat yang sebagian besar berasal dari India untuk menyebarkan nilai toleransi saat Ramadan.
Acara buka bersama digelar sekitar pukul 17.00 waktu setempat pada Kamis pekan lalu. Sebelum menyantap sajian buka bersama, pemuka tiga agama Islam, Hindu, dan Kristen, turut memberikan ceramah singkat berisikan pesan perdamaian, cinta, dan harmoni.
Acara bertemakan "Pertemuan Vishu Paskah dan Iftar" tersebut digagas oleh RAK Knowledge Theater bersama dengan komunitas masyarakat lainnya, termasuk Pusat Kebudayaan Muslim Kerala yang berbasis di Uni Emirat Arab.
"Tidak ada hambatan apa pun karena semua orang yang hadir duduk bersama dan menikmati hidangan iftar. Setelah makan, umat Muslim yang hadir melakukan salat di dalam gereja itu sendiri. Itu adalah momen yang sangat indah," ucap Thayatt.
Seorang pemuka agama Hindu, Swami Sandeep Anandagiri, rela terbang dari Trivandrum, Kerala, India, untuk menyampaikan pesan perdamaian dalam acara tersebut.
Dikutip Gulf News, Anandagiri mengatakan "perlu lebih banyak kegiatan seperti ini untuk menyebarkan pesan cinta dan perdamaian."
"Sangat mengerikan hidup dalam kebencian dan kekerasan. Negara bagian Kerala di India sebagian besar sekuler. Dan saya berada acara buka bersama spesial ini. Saya tidak pernah melihat atau mengetahui acara seperti ini di mana umat Islam berbuka puasa dan melakukan salat di dalam gereja," papar Anandagiri pada Minggu (12/5) kemarin.
"Ini adalah momen yang indah yang akan dihargai untuk waktu yang lama. Sikap adalah kuncinya. Jika kita melihat sesuatu secara positif, kita bisa membuat perubahan positif di sekeliling kita," paparnya menambahkan.
"Orang-orang di Kerala yang berasal dari agama berbeda berkumpul bersama dalam salah satu pesta pernikahan dan itu dianggap sebagai hal-hal yang biasa saja di Kerala. Kami berdiri sebagai satu keluarga yang terikat dalam cinta dan rasa saling menghormati. Itulah kenapa buka bersama ini sangat berarti bagi saya," ucapnya.
Sementara itu, Pastor Kent Middleton dari Afrika Selatan mengaku sangat antusias menjadi tuan rumah buka bersama antar-umat beragama ini. Ia berencana menggelar buka bersama rutin di masa depan.
"Salah satu tujuan buka bersama ini digelar bersamaan dengan visi pemerintah yang menganggap 2019 sebagai Tahun Toleransi. Kami memiliki hak istimewa dan luar biasa untuk hidup, bekerja, dan beribadah," kata Middleton.
"Masyarakat seluruh dunia terpecah karena kurangnya rasa hormat dan martabat antara satu dan lainnya. Tapi, di Uni Emirat Arab, kami menunjukkan kepada orang-orang bagaimana kita semua hidup dengan harmonis. Kita dapat menemukan kesatuan dalam keanekaragaman."
Senada dengan Middleton, Pastor Nelson Fernandes yang pernah mengabdi di paroki Gereja St. Luke sangat menyambut gelaran buka bersama ini. Ia mengaku tak pernah melihat acara penuh dengan pesan perdamaian dan toleransi seperti ini.
"Selama 13 tahun tinggal di UEA, saya belum pernah melihat acara seperti ini. Setahu saya, ini adalah yang pertama kalinya sebuah gereja mengadakan buka bersama dan salat tarawih di dalam bangunannya," tutur Fernandes.
"Saya melayani sebagai pastor paroki di gereja ini selama delapan tahun. Gereja ini dibangun di masa saya mengabdi. Hari ini gereja telah menciptakan sejarah dan saya bangga menjadi bagian dari semua ini." (rds/ayp)
http://bit.ly/2vVXrpb
May 13, 2019 at 11:16PM from CNN Indonesia http://bit.ly/2vVXrpb
via IFTTT
No comments:
Post a Comment