"Setelah ditahan selama 65 hari, kapal tanker Inggris, Stena Impero, akan dibebaskan dan mulai bergerak meninggalkan Pelabuhan Bandar Abbas menuju perairan internasional," kata Kepala Pelabuhan di Provinsi Hormozgan, Allahmorad Afifipour, seperti dilansir Reuters, Senin (23/9).
Meski demikian, Afifipour tidak merinci kapan mereka bakal melepas tanker itu.
Kapal tanker Stena Impero milik perusahaan Swedia, Stena Bulk, ditangkap oleh pasukan Garda Revolusi Iran saat melintas di Selat Hormuz karena diduga melakukan pelanggaran maritim. Insiden itu terjadi berselang dua pekan setelah Inggris menangkap kapal tanker Iran, Adrian Darya 1, di Gibraltar.
Kapal Adrian Darya 1 sudah dibebaskan pada 18 Agustus lalu. Direktur Utama Stena Bulk, Erik Hanell, menyatakan dia sudah mendapat kabar salah satu tanker perusahaannya bakal dibebaskan.
Hanell lantas bertolak menuju Uni Emirat Arab. Namun, dia menyatakan sampai saat ini proses negosiasi berjalan alot.
"Sangat disayangkan sampai saat ini belum ada perkembangan, dan kami berharap segera ada jalan keluar," kata Hanell.
Juru Bicara Stena Bulk, Will Marks, menyatakan sampai saat ini kapal itu masih ditahan aparat Iran dan mereka masih melakukan negosiasi.
"Sampai kami mendapat kabar kapal itu mengangkat jangkar dan berlayar dari perairan Iran, kami tidak bisa memberikan konfirmasi apapun," kata Marks.
Iran sudah melepas tujuh awak Stena Impero pada 4 September lalu. Menteri Luar Negeri Swedia, Margot Wallstrom, sampai turun tangan dengan mengontak pemerintah Iran setiap hari untuk membantu proses pembebasan.
Pemerintah Inggris sudah meminta Iran segera membebaskan tanker dan seluruh awak Stena Impero.
"Keputusan Iran menahan kapal itu ilegal, tidak bisa diterima dan melanggar hukum internasional karena tanker itu masih berada di jalur pelayaran yang sah," demikian isi pernyataan juru bicara pemerintah Inggris melalui surel.
Sikap saling tangkap tanker itu dipicu ketegangan akibat perselisihan Iran dan Amerika Serikat. AS mengirim armada tempur ke Timur Tengah setelah menyatakan Korps Garda Revolusi Iran sebagai kelompok teroris.
Sedangkan Iran menembak jatuh pesawat nirawak AS karena melanggar wilayah udaranya. Presiden AS, Donald Trump, sempat menyetujui serangan balasan, tetapi dibatalkan di detik-detik akhir. (ayp/ayp)
https://ift.tt/2NrLYbG
September 23, 2019 at 02:19PM from CNN Indonesia https://ift.tt/2NrLYbG
via IFTTT
No comments:
Post a Comment