Dilansir dari Antara, Kamis (21/11), harga minyak mentah berjangka Brent naik 2,5 persen menjadi US$62,4 per barel.
Penguatan juga terjadi pada harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Desember sebesar 3,4 persen menjadi US$57,11 per barel.
Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan Rusia akan melanjutkan kerja sama pemangkasan pasokan dengan OPEC. Rencananya, OPEC akan menggelar pertemuan di Wina, Austria, pada 5 Desember 2019 mendatang untuk membahas mengenai perpanjangan kesepakatan yang telah berlangsung sejak awal tahun itu.
Selain itu, penguatan harga minyak juga didorong oleh data realisasi persediaan minyak AS yang lebih rendah dari ekspektasi.
Pekan lalu, Badan Informasi Energi AS (EIA) menyatakan stok minyak AS naik 1,4 juta barel atau lebih lebih rendah dari perkiraan analis sebesar 1,5 juta dan laporan Institut Petroleum Institut (API) yang mencapai 6 juta barel.
Stok minyak WTI di hub pengiriman Cushing, Oklahoma juga turun 2,3 juta barel, terbesar dalam tiga bulan.
"Penarikan penyimpanan di Cushing adalah sesuatu yang sangat besar. Itu adalah situs pengiriman NYMEX sehingga memiliki pengaruh yang sangat besar," ujar Direktur Berjangka Mizuho Bob Yawger di New York.Harga minyak juga mendapatkan dorongan dari memanasnya tensi di Timur Tengah, terutama Iran.
Pada Selasa (19/11) lalu, armada kapal induk AS Abraham Lincoln berlayar melalui Selat Hormuz di mana seperluma aliran minyak dunia melalui selat tersebut.
Sebelumnya, terjadi serangan terhadap tanker minyak di Teluk dan di lepas pantai Uni Emirat Arab. Lalu, serangan besar juga terjadi pada pusat pengolahan energi utama di Arab Saudi.
[Gambas:Video CNN] (Antara/sfr)
https://ift.tt/2KDz33g
November 21, 2019 at 02:30PM from CNN Indonesia https://ift.tt/2KDz33g
via IFTTT
No comments:
Post a Comment