Dari beragam genre, berikut adalah 10 album mancanegara pilihan CNNIndonesia.com yang rilis di sepanjang 2018.
1. Eminem - Kamikaze
Eminem 'menjatuhkan' Kamikaze seperti bom atom di keheningan malam. Ketika semua orang tersadar, yang tersisa adalah keriuhan. Nama veteran Dr.Dre masih menjadi rekan Em di album ke-10 yang penuh kontroversi ini, dari drama perseteruan sesama rapper sama isu homophobic. Beberapa hal tak berubah dari pria 46 tahun ini, seperti kemarahannya terhadap dunia dan kemampuannya memainkan kata. Ada sedikit praduga drama buatan di sana-sini, tetapi hal itu tak mengurangi kualitas ketajaman karya Em.
2. Various Artist - Ost. Black Panther
Satu hal penting dari sebuah film: musik pengiring. Seorang Kendrick Lamar tadinya hanya diminta untuk mengisi beberapa lagu, tetapi ketika mengetahui cerita film Black Panther, dirinya memutuskan sekaligus jadi produser album ini. Keotentikan 14 lagu yang memasukkan unsur musik tradisional Afrika berpadu orkestra, memberi rasa unik yang tidak didapat di album-album pengiring film lain. Hasilnya, ia berhasil meninggalkan rasa berbeda sampai album ini dianggap sebagai standar baru untuk musik pengiring film.
3. Boy Pablo - Soy Pablo
Eropa selalu punya band-band menarik. Tahun ini, Boy Pablo menarik lebih banyak perhatian setelah kesederhanaan Everytime beberapa waktu lalu menawan hati. Berangkat dari YouTube menuju kepopuleran Spotify, band Norwegia ini menyanyikan lirik gelisah dan melodramatis dengan cara menyenangkan. Cerita sehari-hari yang 'biasa saja', dekat di keseharian, ditambah penampilan para personelnya yang terlihat seperti teman sendiri, Boy Pablo membuat mimpi siang hari jadi bisa ditarikan.
4. Tom Misch - Geography
Tom Misch adalah bentuk kejeniusan yang manis. Ia memiliki melodi manis, warna vokal manis, kelembutan kontemporari. Ada sedikit nada RnB dan hip-hop, membuat Geography semakin menarik karena Misch datang dari Inggris. Berawal dari memanfaatkan Soundcloud melalui berbagai mixtape dan mini album, Misch seolah hanya menunggu waktu sampai gelembungnya meletus. Geography adalah hasil letusan itu. Tak mengherankan bila dalam waktu dekat letusan itu akan sampai ke Amerika.
5. Deafheaven - Ordinary Corrupt Human Love
Terlalu sukar untuk menolak pesona Deafheaven. Rasanya seperti jatuh cinta kepada orang yang salah, namun tak bisa menyangkal pesona black metal mereka, meskipun black metal pun bukan genre yang tepat untuk band asal Amerika ini. Kebanyakan menyebut musik mereka sebagai post-metal, tetapi pengkotakan genre jadi tak penting jika berbicara tentang Deafheaven.
Melalui Honeycomb dan Canary Yellow, publik seolah bersorak-sorai. Mendengar Deafheaven, kadang memberi kesan gelap, tetapi gelap yang nyaman. Lembut, namun juga agresif dan berbahaya. Melegakan, meski tetap 'mengancam'. Deafheaven telah memecah-belah mereka yang terobsesi pada genre. Sebuah album yang seharusnya diperhatikan lebih banyak orang.
6. Masego - Lady Lady
Barangkali pria 26 tahun ini terdengar familiar sekilas saja, berkat kolaborasinya dengan FKJ [French Kiwi Juice] dalam Tadow. Ia merilis Lady Lady sebagai debut album, menunjukkan jelas ia tahu apa yang dilakukannya. Mendengar album Lady Lady rasanya seperti dibungkus kain sutra. Sedikit berjiwa tua dengan cara modern, sensualitas RnB ketika ia berbicara tentang wanita, meluncur mulus, membelai. Seksi.
7. Sleep - The Sciences
The Sciences harus ditunggu selama 15 tahun, setelah Dopesmoker pada 2003. Sleep memakai kode morse untuk mengumumkan perilisan album yang begitu lama diantisipasi ini, dan The Sciences memang seistimewa itu. Pengulangan riff bak meditasi, nada-nada bass rendah yang menghipnotis, trio ini hanya melakukan yang mereka suka, tipikal kepercayaan diri yang mempesona.
Tidak revolusioner sebenarnya, namun Sleep punya selera psikedelik luar angkasa seperti kilauan yang memantul. Lagu Giza Butler adalah bukti nyatanya, klasik namun bagai tinju hook, sebuah pukulan yang telak. Kemewahan doom metal, stoner rock, apapun sebutannya, The Sciences membayar lunas penantian selama sepuluh tahun lebih. Epik, Sleep hanya menjadi diri mereka sendiri.
8. J Cole - KOD
Brilian adalah satu kata untuk menggambarkan KOD dari J Cole. Ia tak hanya memiliki kemampuan spoken word yang sangat baik, ide-idenya pun di luar dugaan. Ia bukan sekadar beatmaker, pembuat nada, ia adalah nada itu sendiri.
KOD menjadi album di mana Cole menempatkan diri sebagai artis hip-hop 'sayap kiri'. Ia tak peduli dengan kontroversi, ia tetap mengangkat kaki di atas meja di tengah wabah yang berbicara tentang bagian tubuh wanita, obat-obatan terlarang dan gemilang musik. Yang paling menarik dari KOD adalah, kita jadi tak sabar untuk melihat apa yang akan dilakukannya berikutnya.
9. Honne - Love Me/Love Me Not
Sejak kemunculan duo elektronik asal Inggris ini, Honne menunjukkan progress cepat. Sebagian mungkin lebih nyaman dengan karya awal mereka, tetapi Love Me/Love Me Not menunjukkan eksperimen tak terduga dari mini album Coastal Love.
Honne masih berjiwa klasik, tetapi Love Me/Love Me Not menawarkan gaya lebih bervariasi. Piano menjadi aset penting, mereka tak kehilangan identitas soul ala London dengan romantisnya pengaruh R&B. Begitu mudah untuk jatuh cinta pada Honne.
10. Noname - Room 25
Nama ini mungkin terdengar tak lazim, namun jika Anda belum pernah mendengar Noname, wanita 27 tahun ini layak mendapat perhatian. Room 25 merupakan debut album Noname, di mana ia banyak bercerita tentang kehidupan pribadinya dengan gaya berpuisi. Ia terdengar amat bebas, di saat bersamaan juga kencang mengikat, padahal musiknya banyak bernuansa jazz dengan beat berlapis. Album ini jadi istimewa karena kata-kata tak hanya sekadar meluncur dari mulut Noname. Ia merasakan kata demi kata itu, seperti dalam Don't Forget About Me yang menghantui. Lebih dari itu, Fatimah Nyeema Warner memiliki selera humor dan sikap positif-skeptis yang lucu. (rea)
http://bit.ly/2LzswWF
December 26, 2018 at 01:53AM from CNN Indonesia http://bit.ly/2LzswWF
via IFTTT
No comments:
Post a Comment