Hal tersebut dimuat di dalam laporan Global Economic Outlook yang dirilis Fitch Ratings pada Rabu (5/12) kemarin.
Fitch mengkoreksi proyeksi pertumbuhan ekonomi lantaran menilai Indonesia masih rentan dengan sentimen eksternal. Ini terlihat dari pertumbuhan impor yang lebih kencang dibandingkan ekspornya.
"Sektor eksternal berkontribusi negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Kami perkirakan, proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun depan akan turun ke 5 persen," jelas Fitch dikutip Kamis (5/12).
Koreksi pertumbuhan ekonomi juga dilakukan Fitch karena pasar finansial Indonesia kian mengetat akibat kenaikan suku bunga acuan BI 7 Days Reverse Repo Rate (7DRRR) yang merespons pengetatan likuiditas Amerika Serikat.
Selain itu, kebijakan pembatasan impor dengan menaikkan Pajak Penghasilan (PPh) 22 impor beberapa waktu lalu juga diperkirakan akan menambah beban keuangan pelaku usaha. Hal ini tentu akan berdampak pada ekspansi dunia usaha. Pasalnya, jika ongkos pembiayaan meningkat, maka beban belanja modal juga ikut terkerek.
Namun, Fitch mengatakan, kenaikan suku bunga acuan harus dilakukan karena mata uang rupiah masih rentan melawan dolar AS di tahun depan. Ini disebabkan karena porsi kepemilikan asing di dalam obligasi pemerintah masih cukup tinggi, defisit transaksi berjalan yang diperkirakan tetap melebar, serta menurunnya cadangan devisa hanya untuk menstabilkan nilai tukar rupiah.
"Untuk itu, kami memprediksi BI akan mengikuti The Fed, di mana akan ada kenaikan suku bunga acuan dua kali di tahun depan dan satu kali pada 2020 mendatang," imbuh laporan tersebut.
Kendati investasi dan ekspor netto akan menjadi pemberat pertumbuhan ekonomi tahun depan, menurut Fitch, Indonesia masih bisa berharap dari konsumsi. Pertumbuhan konsumsi diharapkan masih bergairah seiring inflasi yang juga terjaga.
Fitch juga menyoroti inflasi dalam beberapa bulan terakhir yang bergerak mendekati 3 persen, atau lebih rendah dari target pemerintah yakni 3,5 persen. Hal ini disebabkan karena pemerintah menahan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di tengah tekanan harga minyak dunia.
"Kami memprediksi inflasi akan tetap serupa seperti tahun ini, di tengah perlambatan ekonomi dan melandainya harga minyak dunia," tulis laporan tersebut. (glh/agi)
https://ift.tt/2Qfqi4k
December 07, 2018 at 02:04AM from CNN Indonesia https://ift.tt/2Qfqi4k
via IFTTT
No comments:
Post a Comment