Kota Pariaman, yang berada di pantai arah utara Kota Padang, Sumatera Barat, memang berhadapan langsung dengan Samudera Hindia.
Sehingga saat musim hujan, badai sering datang tidak menentu. Tapi beruntung, kota itu memiliki empat gugusan pulau yang sering dimanfaatkan nelayan untuk menepikan perahunya saat badai.Pulau itu adalah Pulau Ujuang, Tangah, Ansoduo, dan Pulau Kasiak.
Seorang anak nelayan, Aksa Prawirav, yang kini memimpin komunitas selam dan lingkungan sudah bolak-balik ke laut untuk memindahkan rangkaian taman terumbu karang atau reef garden, dari darat ke laut.
Aksa bersama timnya Tabuik Diving Club (TDC), memasukan satu per satu rangkaian besi-besi itu ke dalam perairan yang berada di antara Pulau Ujuang dan Pulau Tangah, Pariaman.
Rangkaian besi berbentuk terowongan setengah lingkaran dengan total panjang 25 meter itu nantinya akan menjadi taman terumbu karang.
"Kita melakukan transplantasi terumbu karang di terowongan itu sebanyak 2.500 substrat (media terumbu karang)," kata Aksa, seperti yang dikutip dari Antara pada Minggu (2/12).
"Namun badai sering menjadi kendala, akhirnya kami tunda untuk melakukan penanaman."
Aksa menjelaskan pembuatan taman terumbu karang itu pertama kali dilakukan pada tahun 2017. Perlu waktu empat bulan agar taman tersebut sanggu diletakkan pada kedalaman tujuh meter di dalam laut.
Dampaknya, ia melanjutkan, baru tahun ini bisa dilihat. Banyak ikan-ikan kecil yang bermain di taman tersebut.
Menurut cerita orang tua Aksa, dulu di perairan Pariaman itu banyak ikan yang bisa dengan mudah ditangkap di balik karang-karang.
Namun belakangan ini, ikan justru sulit dicari karena ada oknum nelayan yang menangkap ikan menggunakan alat tangkap tidak ramah lingkungan.
"Kadang ada yang menggunakan pukat, pemberatnya tersangkut di karang sehingga secara tidak sengaja merusak karang itu," katanya.
Selain itu, Aksa melanjutkan, ada juga yang menggunakan bom dan putas untuk menangkap ikan. Meskipun sekarang sudah jarang ditemui.
Ia berharap, masyarakat sadar akan pentingnya terumbu karang dan bisa menjaganya bersama.
Aksa mengatakan kerusakan taman juga disebabkan oleh jangkar nelayan, serta hilangnya pelampung sebagai tanda bahwa di bawahnya ada taman terumbu karang.
"Pelampung setiap dipasang, hilang. Mungkin ada oknum nelayan yang mencari ikan di sini, agar tidak diketahui orang, bahwa banyak ikan di sini, maka dihilangkan pelampung itu," katanya.
Untuk menjaga tanda tersebut, Aksa dan teman-teman di komunitasnya akan terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat, serta monitoring agar upaya melestarikan ekosistem laut tersebut terus terjaga.
(agr/ard)
https://ift.tt/2KTCLVD
December 02, 2018 at 09:06PM from CNN Indonesia https://ift.tt/2KTCLVD
via IFTTT
No comments:
Post a Comment