Deputi Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam BPPT, Hammam Riza menyebut saat ini pihaknya siap melakukan perbaikan tiga set alat deteksi tsunami buoy. Biaya yang dibutuhkan sebesar Rp15 miliar, berikut dengan pemasangan dan pemeliharaan alat tersebut.
"Untuk perbaikan dan revitalisasi Buoy Tsunami ini dibutuhkan dana khusus sebesar Rp15 M untuk tiga buoy, termasuk pengoperasian selama satu tahun," kata Hammaam di Kantor BPPT, Jakarta, Jumat, (28/12).
BPPT berencana memasang tiga buoy tersebut di komplek Anak Krakatau, Selat Sunda. Pihaknya berharap ini menjadi langkah tegas untuk antisipasi dan mitigasi bencana letusan susulan Gunung Anak Krakatau yang berpotensi kembali menimbulkan tsunami selat Sunda."Adanya tiga buah buoy di satu kompleks Anak Krakatau tersebut akan dapat memberi peringatan yang lebih akurat sehingga tersedia waktu evakuasi yang cukup bagi penduduk setempat menujut ke shelter terdekat. Dengan ini pun diharap dapat meminimalkan dampak dari datangnya potensi tsunami," paparnya.
Selain buoy, BPPT sudah mengatakan nantinya siap membangun sistem deteksi dini tsunami lain yakni sistem kabel laut atau CBT secara nasional dengan mengedepankan peningkatan TKDN (tingkat kandungan dalam negeri) dan sinergi industri nasional.
"Sudah ada kabelnya di BPPT. Tinggal pasang dan perlu biaya sekitar Rp5 M untuk pemasangan menggunakan kapal Baruna Jaya dan peralatan elektronik serta link satelit," pungkasnya.BPPT mengakui bahwa rentetan musibah tsunami yang terjadi belakangan ini telah banyak menimbulkan korban jiwa. Salah satunya penyebabnya adalah tidak adanya buoy di wilayah perairan nusantara.
Padahal setelah tsunami Aceh pada 2004, Indonesia mendapat dan membuat 22 buoy untuk dioperasikan. Namun karena perawatan yang mahal dan vandalisme seluruh buoy tersebut kini berada di lab BPPT dalam keadaan rusak, menunggu anggaran untuk diperbaiki dan dikembangkan. (kst/evn)
http://bit.ly/2Qf3c9i
December 30, 2018 at 04:23PM from CNN Indonesia http://bit.ly/2Qf3c9i
via IFTTT
No comments:
Post a Comment