Fotografer AFP, Dale de la Rey, belum lama ini menghabiskan waktu di Hong Kong. Selama tiga bulan di sana ia menerbangkan kamera drone-nya untuk mendokumentasikan wajah Hong Kong dari sisi urban sampai sisi kampungnya.
"Saya ingin menunjukkan keberagaman dan kekontrasan Hong Kong, sehingga yang melihatnya bisa merasakan tinggal di kota ini," kata De la Rey, seperti yang dikutip dari AFP pada Senin (21/1).Hong Kong, yang terdiri dari 260 pulau, termasuk semenanjung Kowloon dan New Territories yang berbatasan dengan daratan China, dihuni oleh lebih dari 7 juta jiwa.
Setiap harinya ada kesibukan yang terlihat, mulai dari distrik Causeway Bay, Quarry Bay, Mong Kok sampai Yau Ma Tei.
Tak cuma area perkantoran atau pemukiman penduduk, area pemakaman juga sama sesaknya.
Mengunjungi kuburan bukan hal yang menakutkan bagi penduduk Hong Kong, karena datang ke sana berarti menghormati dan mengingat nenek moyang atau kerabat yang telah meninggal dunia.
Sama halnya dengan perkantoran dan pemukiman, area pemakaman juga dijajakan dengan tidak murah. Sepetak kuburan di area pemakaman pribadi dihargai mulai dari HK$1 juta (Rp1,8 miliar).
Terasa sesak dan komersil, namun Hong Kong masih memiliki sudut hijau yang bisa dikunjungi untuk menenangkan diri dari kesibukan kota.
Di pinggiran kota ada bukit dan taman yang masuk dalam kawasan dilindungi. Di sana penduduk atau turis bisa melakukan pendakian di tengah rimbunnya pepohonan hijau selama berjam-jam.
Menjauh dari pusat kota, ada pusat pelabuhan yang telah berdiri sejak tahun 1990-an. Kota pelabuhan ini merupakan yang tersibuk ke-lima di dunia.
Saat ini banyak kaum milenial yang sengaja datang ke sana untuk berfoto. Tak sedikit pula agen wisata yang melakukan tur ke sana.
"Kota ini terlihat indah saat malam hari. Tak sulit menemukan sudut yang bisa difoto, saya bisa mengeceknya melalui aplikasi peta digital," pungkas De la Rey.
(ard)
http://bit.ly/2S1xtx3
January 22, 2019 at 11:04PM from CNN Indonesia http://bit.ly/2S1xtx3
via IFTTT
No comments:
Post a Comment