"Tentunya (diperiksa) sebagai korban. Secepatnya," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Argo Yuwono kepada CNNIndonesia.com, Rabu (9/1).
Argo belum merinci secara detail soal waktu pemanggilan kedua korban itu.
Rumah Laode dan Agus dilempar bom pagi hari tadi. Setidaknya ada dua bentuk bom molotov yang dilempar ke rumah Laode pada sekitar pukul 00.30 WIB dini hari. Dari dua bom itu hanya satu yang aktif.
Sementara dugaan teror di rumah Agus Rahardjo merupakan bom pipa palsu. Polisi telah menjalani olah tempat kejadian perkara (TKP) dan memeriksa sejumlah saksi.
"Sedang dicek Inafis. Tunggu ahli ya. Kita berikan kesempatan tim untuk bekerja," jelas Argo.
Selain itu, polisi juga sudah membentuk tim dengan Detasemen Khusus 88 Antiteror bekerjasama dengan Mabes Polri dan Polda Metro Jaya.
"Dengan kejadian dua TKP tersebut dari tim Mabes Polri yang dipimpin Kadensus. Dari Polda Inafis Puslabfor kita bentuk tim mengungkap siapa pelakunya," kata Argo.
Bagian dinding di belakang rumah Wakil Ketua KPK Laode M Syarif yang hangus akibat lemparan bom molotov. (CNN Indonesia/Bintoro Agung Sugiharto)
|
Takuti Masyarakat
Secara terpisah, Ketua DPR Bambang Soesatyo menduga teror bom di rumah Agus dan Laode itu sebagai bentuk menebar ancaman menjelang pelaksanaan pemilu serentak 2019.
"Ini hanya menakuti-takuti. Kalau teori perang kota, ini salah satu cara-cara membuat masyarakat tercekam atau suasana mencekam," kata Bambang di kompleks parlemen, Jakarta.
Untuk itu, Bambang menyatakan telah meminta kepolisian agar mengusut tuntas otak dan pelaku teror bom tersebut serta memberi hukuman maksimal.
"Saya sebagai pimpinan DPR juga sudah berkomunikasi dengan pimpinan Polri untuk meminta agar Polri segera mengusut tuntas peristiwa yang dilakukan orang yang tidak bertanggung jawab ini," kata politikus Golkar tersebut.
"Apapun yang dilakukan, kita harus melihatnya sebagai ancaman serius. Tidak hanya pada upaya pemberantasan korupsi tapi juga demokrasi kita. Karena dilakukan pada masa-masa tahun politik atau menjelang pemilu," sambungnya.
Anggota Komisi III DPR Arsul Sani mengatakan dengan kejadian ini DPR meminta agar kepolisian meningkatkan pengamanan. Komisi III DPR juga akan menjadwalkan rapat dengan Kapolri."Siang ini kami juga akan menjadwalkan rapat. Ini akan jadi atensi kita, meminta agar Kapolri melakukan peningkatan pengamanan," kata Arsul.
Sementara itu Wakil Ketua Komisi III DPR Erma Ranik meminta Kapolri Jenderal Tito Karnavian membentuk satuan tugas (satgas) khusus yang dipimpin langsung Wakapolri Komisaris Jenderal Ari Dono Sukmanto agar dapat mengungkap aktor utama dan pelaku dibalik teror bom tersebut.
"Saya percaya Polri punya semua sumber daya untuk mengungkapnya. Tinggal kemauan saja," ujarnya.
Komisi III DPR, kata dia, akan memantau serius kasus teror bom ini. Karena, menurutnya, teror terhadap aparat penegak hukum yang sedang menjalankan tugas, tidak bisa dibiarkan.
(CTR/kid)http://bit.ly/2SKPNrg
January 10, 2019 at 01:42AM from CNN Indonesia http://bit.ly/2SKPNrg
via IFTTT
No comments:
Post a Comment