Pages

Saturday, February 16, 2019

Debat Capres, Prabowo Kuat Retorika, Lemah di Data

Jakarta, CNN Indonesia -- Dua Calon Presiden Prabowo Subianto dan Joko Widodo akan berdebat-mati-matian untuk menunjukkan kemampuan mereka pada debat kedua Pemilihan Presiden 2019, Minggu (17/2) ini. Debat akan mengangkat tema; Energi, Pangan, Sumber Daya Alam, Lingkungan Hidup dan Infrastruktur.

Khusus bagi Prabowo, debat kali ini memberikan keuntungan. Pasalnya, ia merupakan penantang Jokowi yang saat ini kebetulan menjabat sebagai presiden.

Ekonom Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Yose Rizal Damuri mengatakan posisi Prabowo lebih bebas. Ia bisa menyerang dengan berbekal janji kampanye saat Pemilihan Presiden 2014 dan pencapaian target yang diperoleh Jokowi selama menjadi presiden.

Seperti diketahui, Jokowi selama masa kampanye Pemilihan Presiden 2014 berjanji akan membawa ekonomi Indonesia terbang ke atas level 7 persen. Ia juga berjanji membawa Indonesia berswasembada pangan dalam tiga tahun pemerintahannya.

Debat Capres, Prabowo di Atas Angin Tapi Minim Solusi KonkretCalon Presiden dan Wakil Presiden Prabowo Subianto-Sandiaga Uno saat menyampaikan Pidato Kebangsaan beberapa waktu lalu.(CNN Indonesia/Andry Novelino)

Tapi, sampai dengan empat tahun pemerintahan berjalan, janji tersebut belum juga terlaksana. Untuk pertumbuhan ekonomi misalnya, sampai dengan 2018 kemarin masih mentok di level 5,17 persen.

Pun begitu dengan janji swasembada. Sampai dengan 2018 kemarin, janji swasembada belum sepenuhnya tercapai. Untuk beras misalnya, data BPS menunjukkan pada periode 2015-2019, Indonesia masih impor 4,57 juta ton agar kebutuhan dalam negeri bisa dipenuhi dengan harga yang wajar.

Prabowo bisa menyerang dengan menggunakan kelemahan tersebut. Berbekal kegagalan Jokowi dalam mencapai janji dan target tersebut, Prabowo bisa menyodorkan tawaran yang lebih menarik.

"Pak Prabowo bisa mengatakan 'karena saya belum pernah maka kasih saya kesempatan'," ujar Yose kepada CNNIndonesia.com, Jumat (15/2).


Meskipun lebih diuntungkan, Yose mengatakan Prabowo tak boleh lengah. Ia harus mempersiapkan diri dengan baik.

Maklum, Prabowo selama ini belum punya rekam jejak di pemerintahannya. Ia belum teruji sehingga harus mengeluarkan usaha ekstra untuk meyakinkan masyarakat untuk mempercayai kemampuannya.

Dan untuk masalah tersebut Prabowo menurut kelihatannya akan kesulitan. Pasalnya, program yang disampaikannya dalam visi misi selama ini kurang meyakinkan untuk bisa dijalankan.


Ambil contoh, soal keinginan Prabowo agar Indonesia terbebas dari utang jika ia terpilih menjadi Presiden."Padahal, tidak ada negara lain yang tidak mempunyai utang. Semuanya mempunyai utang apapun bentuknya," ujarnya.


Selain visi yang tak jelas, Prabowo juga sering punya masalah dengan data. Sering kata Yose, Prabowo mengeluarkan kritik kepada pemerintah.

Tapi, kritik yang disampaikannya hanya pelengkap retorika yang dipaparkan secara berlebihan. Selain itu, kritik juga disajikan dengan data yang validitasnya dipertanyakan.

Yose mengatakan Prabowo harus mengatasi masalah data tersebut. Kemajuan teknologi yang membuat masyarakat bisa dengan cepat melakukan verifikasi data melalui internet bisa menjadi bumerang baginya kalau sampai salah menyajikan data.


"Dengan data yang salah saja, orang akan melihat kredibilitasnya tidak bisa dipertahankan apalagi menjalankan program-program ekonomi jika terpilih," ujarnya.
Ekonom Yanuar Rizky mengatakan selain masalah validitas data, Prabowo juga punya masalah dengan kesesuaian program yang ia tawarkan dengan kebijakan yang akan ia tempuh.  Program yang ditawarkan Prabowo kontradiktif satu sama lain.

Misalnya soal harga beras. Prabowo pernah mengatakan ingin memurahkan harga beras. Tetapi saat bersamaan ia mengatakan ingin menyejahterakan petani.

Kedua kebijakan tersebut dalam praktiknya akan sulit dilakukan. Pasalnya, jika ingin menurunkan harga pangan, di tingkat petani tidak bisa ikut diturunkan.


"Kalau ingin betul-betul pro petani berarti pro inflasi karena harga kita di level gabah petaninya itu sudah tinggi dibandingkan negara lain seperti Vietnam dan Filipina. Kalau ingin menyerap semua berarti konsumen harus menerima harga yang tinggi," katanya.

Perbaiki diri

Yanuar mengatakan Prabowo perlu segera memperbaiki diri atas masalah tersebut.  Perbaikan perlu dilakukan dengan menyingkronkan visi dan misi dengan kebijakan yang akan dilakukan.

Prabowo perlu menyampaikan masalah yang terjadi dengan baik ke masyarakat disertai dengan solusi jitu dan konkret yang dapat menjawab persoalan yang ia kritik.

Senada dengan Yanuar, Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara mengungkapkan idiom 'setan berada di hal-hal detail' sangat tepat untuk menjadi pengingat bagi Prabowo.


[Gambas:Video CNN]

Menurut Bhima, ruang kritik terhadap kebijakan ekonomi Jokowi terbuka lebar. Misalnya, di bidang infrastruktur. Meski pembangunan infrastruktur melesat tetapi pembiayaannya menggunakan utang.


Utang tersebut tidak hanya utang pemerintah tetapi juga BUMN yang pada akhirnya mengganggu arus kas perusahaan. Jika Prabowo gagal menawarkan solusi yang realistis, detail, kritik yang disampaikan tidak akan efektif untuk membuat masyarakat berpaling memilihnya.

Misalnya, jika menilai tarif jalan tol mahal, Prabowo harus merinci bagaimana cara membuat tarif jalan tol murah. "Jangan cuma infrastruktur gagal. Tetapi infrastruktur yang bagaimana, kalau ingin membangun infrastruktur dananya dari mana, apabila dari swasta untuk proyek yang mana. Sebut secara spesifik," ujarnya.

Hal-hal mendetail, lanjut Bhima, termasuk persiapan data yang valid dan akurat harus dilakukan oleh Prabowo.


Pasalnya, petahana sudah lebih dulu memahami persoalan pemerintahan. Jika petahana mampu menjawab kritik dengan baik dan Prabowo tidak bisa menawarkan solusi yang didukung data akurat maka kritik yang disampaikan malah akan menjadi bumerang bagi Prabowo.

"Yang paling penting itu setelah debat karena publik akan melakukan verifikasi atas data yang disampaikan petahana maupun oposisi," ujarnya.

Lebih lanjut, Prabowo juga harus mampu menjabarkan visi-misi di dalam debat melalui program yang jelas dalam waktu yang terbatas. Pasalnya, visi-misi yang ditawarkan Prabowo masih terlalu umum. Sementara, pemilih ingin melihat langsung program yang ditawarkan secara jelas.

"Harus bisa mengatur waktu sehingga publik bisa mendapatkan jawaban yang jelas dan spesifik,"ujarnya.

(sfr/agt)

Let's block ads! (Why?)


http://bit.ly/2NbZvBk
February 17, 2019 at 08:51PM from CNN Indonesia http://bit.ly/2NbZvBk
via IFTTT

No comments:

Post a Comment