Pages

Saturday, February 16, 2019

Kisah Eka Kurniawan Saat Terima Prince Claus Award di Belanda

Jakarta, CNN Indonesia -- Penulis Eka Kurniawan belum lama ini dianugerahi penghargaan prestisius Prince Claus Award di Kerajaan Belanda pada Desember lalu. Ia mendapat kehormatan tersebut karena kiprahnya sebagai penulis yang memaksimalkan kekuatan bahasa dan sastra lewat karya-karyanya.

Dalam acara perayaan atas penghargaannya tersebut, Eka pun membagikan cerita di balik bagaimana ia dapat menerima Prince Claus Award 2018.

"Sejak menerima ada beberapa yang datang ke saya [menanyakan] tentang penghargaan ini. Ada dua hal yang akan saya presentasikan atau obrolkan, kenapa bisa dapat dan apa yang buat mereka tertarik pada saya," katanya dalam acara di Erasmus Huis, Sabtu (16/2).

"Yang pertama saya enggak tahu kenapa terpilih dan siapa yang menominasikan, tetapi saya bisa bilang sekarang bahwa mereka menghubungi saya dua bulan sebelum memperoleh penghargaan ini. Mereka bilang jangan bilang siapa-siapa, ya tentu saja kalau itu. Mereka telepon untuk memastikan saya mau terima apa enggak. Kalau enggak ya enggak jadi," lanjut Eka sembari berkelakar.

Saat menerima telepon itu, Eka sendiri mengaku sempat bingung. Namun saat ditanya sang penyelenggara terkait suka atau tidaknya dia menerima penghargaan itu, ia menyatakan tak dapat mengelak
bahwa itu sebuah apresiasi untuk dirinya.

"Dan ketika memperoleh laporan juri itu. Mereka ternyata tidak hanya mengulas novel saya yang terjemahkan ke bahasa Belanda, tapi bahkan tidak hanya yang novel berbahasa Inggris, tapi juga yang berbahasa Indonesia," ungkapnya.

Kisah Eka Kurniawan Saat Terima Prince Claus Award di BelandaEka Kurniawan di Prince Claus Awards 2018. (Pontas Agency)
Eka menambahkan, bahwa juri pun melakukan penilaian dengan meminta pendapat kedua dari para pemenang lainnya. Berdasarkan pengakuannya, ia sempat dimintai pendapat terkait kandidat lain yang menerima penghargaan tersebut.

Setiap tahun, Penghargaan Prince Claus diadakan oleh The Prince Claus Fund untuk menghormati pencapaian luar biasa di bidang pengembangan kebudayaan. Penghargaan ini diberikan kepada individu, kelompok atau organisasi yang kegiatannya mampu memberikan dampak bagi masyarakat.

Rekam jejak Eka dalam peta kesusatraan Indonesia dan internasional dinilai sejalan dengan misi The Prince Claus Fund, yang sełalu memberikan dukungan dan ruang bagi karya-karya visioner yang memiliki dampak sosial positif.

Mendiang Pangeran Claus, inisiator penghargaan ini, disebut begitu bersemangat mengenai peran yang dimainkan budaya dalam memberi manfaat bagi masyarakat dan kemanusiaan.

The Prince Claus Fund sendiri didirikan pada 1996 untuk menghormati Pangeran Claus dan gagasannya tersebut. Selama 21 tahun terakhir The Prince Claus Fund telah memberikan ratusan penghargaan kepada para praktisi dan organisasi budaya terkemuka, terutama di Afrika, Asia, Amerika Latin dan Karibia.

Selain Eka Kurniawan, beberapa nama lain yang juga menerima Prince Claus Awards 2018 adalah Adong Judith dari Uganda untuk bidang Teater, Marwa al-Sabouni dari Syria untuk kategori Arsitektur dan Urbanisme, Kidlat Tahimik dari Filipina untuk Visual Arts/Film, dan O Menelick Ato dari Brasil untuk kategori Media/Jurnalistik.

Sementara, Market Photo Workshop dari Afrika Selatan meraih Principal Prince Claus Award 2018 untuk bidang Fotografi, dan Dada Masilo yang juga berasal dari Afrika Selatan meraih Next Generation Award 2018 untuk bidang Tari.

Berdasarkan laporan, penyelenggara memilih Eka Kurniawan sebagai peraih Prince Claus Award 2018 karena kemampuannya menarasikan kisah-kisah imajinatif lewat keindahan prosa-prosanya, dan juga universalitas materinya.

"[Eka] berani menghadapi tindak kekerasan politik yang tidak disinggung-singgung oleh wacana resmi dan mengolah masalah-masalh kontroversial dengan cara yang memudahkan orang untuk benar-benar memahaminya, membantu mereka meraig kembali kisah masa lampau dan membentuk pemahaman lebih baik bagi negara mereka," demikian pernyataan yang ditulis Komite Prince Claus Awards 2018, dalam buku terkait penghargaan tersebut.

Tidak hanya itu, Eka juga dinilai berhasil mengangkat budaya Indonesia lewat penceritaan kembali kisah dan mitologi lokal yang selama ini mulai terabaikan. Ia menggunakan kekuatan sastra dan literatur sebagai penyampai topik-topik krusial, terutama dalam masa-masa ketika kebebasan berpendapat banyak dibungkam.

Dan yang paling utama, Eka dianggap berhasil menarik perhatian dunia dengan menyampaikan sejarah Indonesia alternatif, yang berdampak pada meningkatnya kesadaran dan pemahaman terhadap Indonesia.

Sebelum dianugerahi penghargaan ini, novel pertama Eka yang berjudul Cantik Itu Luka telah diterjemahkan ke lebih dari 30 bahasa. Sementara novel keduanya, Lelaki Harimau, telah diterbitkan dalam bahasa Inggris, Italia, Korea, Jerman dan Prancis.

Novel keduanya itu juga berhasil mengantar Eka Kurniawan ke jajaran sastrawan dunia, sehingga pada 2015 Jurnal Foreign Policy menobatkannya sebagai salah satu dari 100 pemikir paling berpengaruh di dunia, karena berhasil menegaskan posisi Indonesia di peta kesusastraan dunia.

Dan pada Maret 2016, Lelaki Harimau berhasil mencatatkan prestasi sebagai buku Indonesia pertama yang dinominasikan di ajang penghargaan sastra bergengsi dunia: The Man Booker International Prize.

[Gambas:Video CNN] (agn/age)

Let's block ads! (Why?)


http://bit.ly/2WZR4NM
February 17, 2019 at 04:49AM from CNN Indonesia http://bit.ly/2WZR4NM
via IFTTT

No comments:

Post a Comment