Perusahaan yang berawal dari layanan e-commerce itu sempat membumbung akibat moncernya aliran pendanaan di era gelembung internet. Hingga sempat terseok ketika gelembung itu pecah yang menyebabkan sejumlah perusahaan internet terpaksa gulung tikar.
Porter Erisman adalah salah satu saksi dari jatuh bangun perusahaan internet asal China itu. Ia memulai karir di Alibaba di bagian humas dan pemasaran. Hingga akhirnya ia sempat diangkat menjadi Vice President International Marketing, Website Operations, dan Corporate Affairs.
Erisman lantas membagikan pengalamannya bersama Jack Ma selama bergulat di perusahaan itu. Berikut sejumlah tip untuk membangun bisnis ala Alibaba sebagaimana diutarakan Erisman dalam bukunya "Alibaba World".Jangan Remehkan Diri Sendiri
Erisman menyebut salah satu yang patut diteladani dari Jack Ma adalah kegigihannya. Ia berhasil menjadi pebisnis sukses meski sebelumnya hanya berprofesi sebagai guru bahasa Inggris.
"Saya sangat terinspirasi (dengan) Jack Ma. Saya ingin orang bisa melihat seorang guru bahasa Inggris bisa membuat perusahaan senilai US$500 miliar, maka tak ada alasan mereka (di negara berkembang) tak bisa melakukan hal yang sama," terangnya saat ditemui di Jakarta, Rabu (6/3).
Cari Solusi
Lebih lanjut, Erisman menyebut kalau para entrepreneur harus memiliki jiwa untuk melihat masalah secara positif dan malah optimis melihatnya sebagai peluang. Ketika ada hambatan, mereka tidak menggerutu atau menyalahkan keadaan, tapi menyelesaikannya.
Ia lantas mengungkap perjalanan bisnis e-commerce di China yang mengalami berbagai kendala. Salah satunya akibat kesulitan pembayaran karena tidak populernya penggunaan kartu kredit. Jack lantas menginisiasi layanan pembayaran AliPay yang menggandeng seluruh bank di China. Bahkan ia bercita-cita menjadikan Alipay menjadi platform pembayaran terbesar, dan ke depan menjadi bank yang akan mengalahkan bank-bank besar di China.
OtodidakErisman juta mengungkap bahwa para pendiri Alibaba memulai bisnis tanpa dibekali dengan kemampuan bisnis yang andal. Perusahaan itu berjalan dengan cukup kacau di awal tahun 2000-an.
Namun, Jack Ma para karyawan di awal-awal Alibaba berdiri mampu terus membesarkan perusahaan itu karena mereka belajar secara otodidak.
"Kami bekerja di siang hari dan malam hari kami belajar untuk apa yang tidak kami ketahui untuk meningkatkan kinerja kami."
Bertahan di masa sulit
Alibaba sempat nyaris bangkrut sekitar tahun 2003 ketika gelembung internet pecah. Perusahaan itu pun mesti melakukan pemangkasan karyawan terutama para ekspatriat untuk menghemat anggaran perusahaan.
Jack Ma pun mendapat orang yang tepat di masa yang tepat. Saat itu, ia baru saja mempekerjakan seorang COO, Savio Kwan, yang sebelumnya telah berkarya 25 tahun di General Electric. Swan berhasil merestrukturisasi perusahaan itu dan membantu menyelamatkan perusahaan.
Umpan balik penggunaSetelah restrukturisasi dilakukan, langkah selanjutnya adalah kembali berjuang untuk memulihkan bisnis perusahaan. Seperti dikutip dari buku tersebut, Jack Ma menggunakan kekuatan utama yang dimiliki Alibaba sebelumnya, koneksi kuat dengan para pebisnis grosir.
Alibaba melebarkan sayap dengan para pemasok grosir ini ke berbagai kota di China, sebab tiap kota memiliki jenis industrinya tersendiri. Setelah itu, mereka mengembangkan layanan di situsnya dengan kerap mendengarkan keluhan pengguna dan melakukan perbaikan.
Mereka kerap melakukan seminar dengan pengguna dan para pedagang di situsnya. Dari pertemuan itulah mereka mendapat masukan dari para pengguna layanannya. Umpan balik pengguna ini juga yang membawa Alibaba mendapat pemasukan pertama mereka dengan meluncurkan fitur promosi lapak pedagang. Umpan balik inilah yang terus membuat Alibaba tumbuh dan berinovasi dengan layanannya yang mereka lahirkan kemudian. (eks/age)
https://ift.tt/2Jfht7t
March 15, 2019 at 01:51AM from CNN Indonesia https://ift.tt/2Jfht7t
via IFTTT
No comments:
Post a Comment