"Kegiatan militer AS dan Korea Selatan yang mencurigakan adalah bentuk pelanggaran atas kesepakatan yang ditandatangani antara Washington dan Pyongyang, dan sudah dideklarasikan Korea Utara yang berjanji untuk menyudahi konflik," demikian pernyataan pemerintah Korut melalui kantor berita KCNA, seperti dilansir AFP, Jumat (8/3).
Angkatan bersenjata AS dan Korea Selatan pekan ini akan menggelar dua latihan perang sekala kecil selama sembilan hari. Masing-masing dengan sandi 'Dong Maeng' dan 'Aliansi'.
Hal ini sebagai ganti dua latihan perang skala besar dengan sandi 'Key Resolve' dan 'Foal Eagle'. Keduanya beralasan latihan perang itu tetap dilakukan untuk menekan ketegangan dengan Korea Selatan.
Kendati demikian, pertemuan kedua mereka di Hanoi, Vietnam pada akhir Februari lalu gagal menghasilkan kesepakatan apapun. Padahal banyak pihak menantikan kemajuan perundingan soal denuklirisasi, pencabutan sanksi, dan perdamaian antara Korea Selatan dan Korea Utara.
Beberapa hari setelah pertemuan tersebut, sejumlah laporan mengungkap bahwa Korut mulai berupaya mengaktifkan kembali situs rudal dan nuklir, seperti Sohae dan Tongchang-ri.
Dalam konferensi pers setelah pertemuan di Hanoi tersebut, Trump membeberkan bahwa AS sebenarnya sudah menyiapkan satu dokumen kesepakatan yang dapat ditandatangani usai konferensi tingkat tinggi dengan Kim.
Di akhir pertemuan, Trump memilih untuk tak meneken dokumen apa pun karena tidak mencapai kesepakatan mengenai denuklirisasi.
Menurut Trump, Kim menawarkan menutup sejumlah situs peluncuran rudal dan kompleks nuklir dengan timbal balik AS mencabut sanksi atas Korut.
Sementara itu, Trump ingin Korut melucuti senjata nuklir secara keseluruhan, baru AS dapat mencabut sanksi atas negara pimpinan Kim tersebut.
https://ift.tt/2Hls8uH
March 08, 2019 at 10:44PM from CNN Indonesia https://ift.tt/2Hls8uH
via IFTTT
No comments:
Post a Comment