Aktivitas yang sering disebut menguap ini jadi tanda atau sinyal bahwa orang mengantuk.
Akan tetapi kenyataannya tidak selalu demikian. Melansir dari The Conversation, menguap dipicu oleh beragam hal termasuk rasa lelah, demam, stres, pengaruh obat, dan persoalan psikologis. Tiap orang bsa berbeda. Selain mengantuk, menguap bisa menunjukkan kondisi-kondisi tubuh yang tak disadari.
1. Melihat orang lain menguap
'Monkey see, monkey do', menggambarkan menguap akibat melihat orang lain menguap. Ada pula yang menganggap bahwa menguap itu menular. Ini ada korelasinya dengan kadar empati seseorang.
Temuan menarik menyebut ada penurunan frekuensi menguap di antara orang-orang dengan autisme dan orang yang mempunyai kecenderungan psikopat tinggi. Anjing, hewan yang dianggap sebagai hewan yang sangat berempati, bisa menguap saat manusia menguap.
2. Otak panas
Menguap berguna untuk mendinginkan otak yang panas. Menguap menyebabkan penarikan napas panjang yang menarik udara dingin ke dalam mulut. Udara dingin pun mendinginkan darah yang mengalir menuju otak.
Riset sudah ada untuk menguatkan gagasan ini. Temperatur otak ditemukan menurun setelah menguap.
3. Demam
Jika menguap terlalu sering, maka tubuh punya tujuan berbeda. Tak lagi soal otak yang panas tapi sinyal bahwa tubuh mengalami demam. Peningkatan frekuensi menguap tampak pada orang yang demam. Ini menandakan temperatur tubuh yang tinggi memicu aktivitas menguap. Namun belum ada bukti nyata bahwa menguap saat demam bertujuan untuk menurunkan suhu tubuh.
4. Bersiap untuk bergerak
Menguap bisa berarti tubuh sedang bersiap untuk bergerak, beraktivitas. Saat bangun tidur, orang biasanya menguap kemudian meregangkan otot. Aktivitas ini pun diikuti dengan menggerakkan persendian sehingga denyut jantung semakin kencang dan siap beranjak dari kasur.
5. Berkaitan dengan stres
Sebuah studi dilakukan pada orang-orang yang rentan menguap. Otak mereka dipindai kemudian ditemukan aktivitasi di korteks prefrontal ventromedial otak. Wilayah ini terkait dengan pengambilan keputusan.
Riset melihat bahwa stimulasi daerah hipotalamus tertentu (yang mengandung neuron) dengan oksitoksin menimbulkan perilaku menguap pada tikus. Suntikan oksitoksin pada daerah batang otak juga menyebabkan menguap.
Akan tetapi, aktivitas menguap juga meningkat seiring dengan meningkatnya stres. Pengangkatan kelenjar adrenal yang melepas hormon stres atau kortisol, bisa mencegah perilaku menguap. Stres bisa memicu menguap. Temuan ini pun mampu menjawab mengapa anjing banyak menguap saat perjalanan panjang dengan mobil. (els/chs)
https://ift.tt/2XVPGfE
March 16, 2019 at 12:14AM from CNN Indonesia https://ift.tt/2XVPGfE
via IFTTT
No comments:
Post a Comment