Pages

Thursday, March 7, 2019

PVRA: Dari Perempuan untuk Perempuan

Jakarta, CNN Indonesia -- Perempuan jadi inspirasi PVRA dalam setiap karyanya. Lewat sepatu dan sandal yang jadi spesialis label ini, PVRA ingin menjadikan perempuan sosok mandiri, tapi juga seimbang.

Berangkat dari kecintaan pada sepatu dan perhiasan, dua sahabat yakni Putri Katianda dan Kara Nugroho menciptakan alas kaki bertahtakan perhiasan dari payet dan manik-manik. Inilah yang jadi ciri khas PVRA (baca: pi-vi-ar-ay) dan membawa sepatu perhiasan ini jadi tren dan digandrungi sejak awal kemunculannya pada 2015 lalu.

Saat itu, PVRA hanya membuat 72 pasang sepatu yang diprediksi bakal laku dalam tiga bulan. Namun ternyata, sepatu itu ludes dalam kurun waktu tiga minggu saja. 

Sejak saat itu, Putri dan Kara yang bekerja di perusahaan besar memutuskan untuk resign dan fokus merintis bisnis sepatu. 

Dari yang awalnya hanya memiliki dua pekerja yakni seorang admin dan seorang pengrajin payet, kini mereka punya lebih dari 40 pekerja yang mayoritas merupakan perempuan. Mulai dari proses produksi, pengemasan, pemasaran semua dilakukan oleh perempuan.


"Kami berdua perempuan dan mayoritas 99 persen orang di kantor kami itu perempuan, yang laki-laki cuma sekuriti sama sopir, sisanya semua perempuan," kata Kara saat berbincang dengan CNNIndonesia.com beberapa waktu lalu.

Dua sahabat yang kini sama-sama berusia 30 tahun ini juga memiliki program melatih ibu-ibu rumah tangga yang ingin bekerja untuk merangkai hiasan payet dan manik-manik di sepatu PVRA.

"Akhirnya mereka bisa punya pemasukan untuk bantu keluarga. Jadi label ini memang dari perempuan untuk perempuan. Makanya, kita bikin koleksi idenya pun enggak jauh dari perempuan," tutur Kara.

Dalam koleksinya, PVRA pernah mengangkat kisah pahlawan super perempuan dari masa lalu yang bersinar di antara para lelaki. Koleksi itu diberi tajuk Woman Warrior.

Koleksi teranyar dari PVRA kali ini terinspirasi sosok perempuan Indonesia. Putri dan Kara mengangkat filosofi hiasan kepala dari ranah Minang yakni sunting. Hiasan kepala yang berat ini dipakai perempuan Minang saat upacara pernikahan selama berjam-jam.

Inspirasi hiasan kepala itu dipindahkan jadi hiasan di alas kaki. Putri dan Kara memberikan nama koleksi ini The Trembling Flowers atau Kembang Goyang.

"Filosofi sunting itu artinya di balik sunting yang berat, perempuan juga memiliki tanggung jawab yang besar setelah menikah. Tapi, di sisi lain mereka harus tetap cantik dan anggun dalam melaksanakan tugasnya menguras rumah, suami, anak, dan pekerjaan lainnya," ungkap Kara.

Hiasan sunting itu diterjemahkan dalam payet berwarna keemasan agar tampak mewah bak hiasan kepala. Koleksi ini untuk pertama kalinya dipamerkan di ajang Fashion Scout, wadah bagi desainer baru di dunia di London Fashion Week Autumn/Winter 2019. 


Di koleksi musim semi/dingin ini, PVRA menyesuaikan bentuk sepatu dengan pasar London yang lebih tertutup, sesuatu yang belum pernah dikeluarkan PVRA di koleksi sebelumnya. Menurut Kara, koleksi ini mendapat respons yang baik dari penikmat mode di London.

"Bagi mereka ini sesuatu yang baru karena beda musim dengan Indonesia. Walaupun fashion shownya hectic tapi respons bagus banget," ujar Kara.

Koleksi ini juga bakal dipamerkan kembali di luar negeri yakni di Seoul Fashion KODE pada 14-16 Maret mendatang. 

Peragaan sepatu jadi tantangan tersendiri bagi Putri dan Kara lantaran tak sama dengan peragaan busana. Mereka harus bisa membuat sepatu yang berada di bagian paling bawah tetap terlihat saat dipamerkan oleh model.

"Kesulitannya sepatu di bawah, orang akan refleks lihat ke muka, baju, baru sepatu. Jadi setiap show bajunya enggak boleh terlalu bagus, tapi enggak bisa terlalu biasa. Jadi, harus cari koreografi dan bajunya yang tetap bikin sepatunya terlihat," tutur Putri.

Putri dan Kara melihat kesempatan unjuk gigi di luar negeri jadi kesempatan bagi PVRA untuk mempelajari pasar asing. Label ini punya mimpi bisa merambah pasar internasional.

"Untuk sekarang masih studi pasar luar seperti apa, respons seperti apa. Kami ingin enggak cuma di Indonesia tapi bisa ke luar negeri juga," ucap Putri.

Bertepatan dengan Hari Perempuan Sedunia pada 8 Maret ini, Putri dan Kara berpesan untuk menjadi perempuan yang berani dan seimbang.

"Perempuan yang seimbang itu kunci sukses. Kejarlah mimpi mu sejauh mungkin. Keberanian dan hidup yang seimbang yang akhirnya membawa kami seperti sekarang ini," kata Kara. (ptj/chs)

Let's block ads! (Why?)


https://ift.tt/2SQ8hpJ
March 08, 2019 at 09:05PM from CNN Indonesia https://ift.tt/2SQ8hpJ
via IFTTT

No comments:

Post a Comment