Menteri Perdagangan tahun 2004-2011 Mari Elka Pangestu memberi masukan agar pemerintah memiliki perhitungan data akurat antara kebutuhan konsumsi dan pasokan produk pangan. Dengan demikian, data itu bisa menjadi landasan tepat untuk mengambil kebijakan pangan. 2
"Janganlah impor dilihat sebagai suatu yang haram karena kami tidak ingin harga naik, sehingga impor perlu untuk penuhi kebutuhan dalam negeri," kata Mari Elka di Kantor Kementerian Perdagangan, Senin (11/3).
Pesan mantan Menteri Perdagangan era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono diamini oleh mantan Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi. Ia juga menegaskan bahwa impor bukan kebijakan yang haram, jika bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri.
Menanggapi pesan tersebut, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan kegiatan ekspor dan impor merupakan aktivitas wajar dalam perdagangan antar negara. Toh, jika dicermati produk yang diimpor oleh Indonesia adalah komponen bahan baku dan barang modal yang digunakan untuk menggerakkan ekonomi.
"Kalau mereka (negara lain) mempunyai filosofi yang sama, mereka bilang hentikan impor, mereka maunya ekspor juga, maka tidak akan terjadi perdagangan," kata Enggar.
Selain dari Mari Elka dan Bayu Krisnamurthi, Enggar mengaku mendapat wejangan dari Menteri Perindustrian dan Perdagangan periode 1998 Mohammad 'Bob' Hasan. Enggar menuturkan mantan menteri era Presiden Soeharto itu menekankan pentingnya pembangunan dari desa.
"Pak Bob mendorong kami untuk melakukan pembangunan dari desa. Kalau kita ingat kebijakan yang diambil Pak Bob dulu itu menghentikan ekspor kayu gelondongan, itu sempat dicaci maki, tetapi saat ini industri furnitur mengatakan untung ada Pak Bob," ujar Enggar.
Enggar mengatakan akan mempertimbangkan masukan dari para mantan Menteri Perdagangan lintas era tersebut untuk menyusun target Kementerian Perdagangan tahun 2019. Turut hadir dalam pertemuan ini, Menteri Perdagangan tahun 2014 Muhammad Lutfi, mantan Menteri Perindustrian dan Perdagangan 1998 - 1999 Rahardi Ramelan, dan mantan Menteri Perdagangan periode 1988 - 1993 Arifin Mohamed Siregar.
"Banyak hal yang menjadi masukan bagi kami, yang bisa kami jadikan catatan berdasarkan pengalaman masu lalu. Saya apreasi dan nikmati betul karena beliau-beliau masih mengikuti betul perkembangan dagang internasional maupun dalam negeri," ujarnya.
Untuk diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kinerja ekspor sepanjang tahun lalu senilai US$180,06 miliar. Sementara kinerja impor mencapai US$188,63 miliar. Kondisi ini menyebabkan Indonesia mengalami defisit neraca perdagangan senilai US$8,57 miliar. (ulf/agi)
https://ift.tt/2Hq3Rnm
March 12, 2019 at 11:09PM from CNN Indonesia https://ift.tt/2Hq3Rnm
via IFTTT
No comments:
Post a Comment