"Ia menolak mengundurkan diri meski sudah diminta presiden," ujar seorang sumber kepada Reuters, Sabtu (27/4).
Jayasundara sendiri tidak dapat dihubungi Reuters. Namun, pegawai di kantor kepolisian mengatakan bahwa Jayasundara tidak masuk, tapi belum mengajukan pengunduran diri.
Berdasarkan hukum Sri Lanka, hanya parlemen yang dapat mencopot kepala kepolisian dari jabatannya. Aturan ini dirancang untuk menghindari intervensi politik dalam tubuh kepolisian.
Klaim tersebut muncul tak lama setelah Fernando memutuskan untuk mengundurkan diri sesuai dengan permintaan Sirisena.
Fernando, yang juga menjabat sebagai kepala staf Sirisena, dilaporkan sudah mengantongi informasi mengenai ancaman serangan bom besar-besaran pada Hari Paskah sejak sepuluh hari sebelum tragedi tersebut terjadi.
Tiga hari kemudian, Sirisena menggelar rapat Dewan Keamanan karena dia bertanggung jawab dalam bidang itu. Namun, kata Kiriella, informasi itu justru tidak disebarkan ke pejabat lain.
Perdana Menteri Sri Lanka, Ranil Wickremesinghe, sendiri mengaku tak pernah diajak mengikuti rapat penting tersebut.
Informasi itu kemudian menyebar di kalangan aparat keamanan pada 11 April, tapi tidak disikapi secara serius.
Wickremesinghe pun menuding ada pihak-pihak yang sengaja menyembunyikan informasi peringatan ancaman serangan oleh kelompok Zahran.
"Seseorang sengaja mengendalikan informasi ini. Dewan Keamanan sudah bermain politik. Ini harus diusut," kata Kiriella. (has)
http://bit.ly/2IWZ2mg
April 28, 2019 at 12:50AM from CNN Indonesia http://bit.ly/2IWZ2mg
via IFTTT
No comments:
Post a Comment