Sebelumnya, pemerintah AS mengkaji pemberlakuan tarif impor kendaraan dan suku cadang dengan usulan kenaikan tarif hingga 25 persen. Usulan itu telah direkomendasikan Kementerian Perdagangan AS kepada Gedung Putih sejak November 2018 dengan tenggat waktu pengambilan keputusan hari ini.
Seperti dilansir dari Reuters, Sabtu (18/5), Trump pada Jumat (17/5) waktu setempat kembali menyerang impor dari Uni Eropa.
"Mereka (Uni Eropa) memiliki hambatan perdagangan. Mereka tidak ingin produk pertanian kita (AS), mereka tidak ingin mobil kita. Mereka mengirim Mercedez-Benz ke sini seperti kue kering," ujar Trump kepada sekelompok agen properti.
Trump juga menyetujui penelitian Kementerian Perdagangan AS yang menemukan bahwa sejumlah impor mobil dan truk melemahkan perekonomian AS dan mengancam keamanan nasional. Kendati demikian, Trump tak menyebutkan nama kendaraan maupun suku cadangnya secara spesifik.
Dalam laporan Kementerian Perdagangan AS yang dikutip Reuters itu pangsa pasar produsen mobil AS turun dari 67 persen atau 10,5 juta unit yang diproduksi dan dijual di AS pada 1985 menjadi 22 persen atau 3,7 juta unit pada 2017.
Sementara, penjualan mobil impor naik dari 4,6 juta unit menjadi 8,3 juta unit.
Laporan tersebut juga menyebut Uni Eropa dan Jepang sebagai pasar asing terproteksi yang mengenakan hambatan dagang signifikan sehingga sangat merugikan produsen mobil AS.
Namun, pemerintah AS akhirnya memutuskan untuk menunda pemberlakuan tarif impor tersebut hingga enam bulan ke depan. Hal itu dilakukan untuk memberikan waktu bagi negosiasi perdagangan antara AS dengan Jepang dan Uni Eropa.
Trump telah memerintahkan Perwakilan Perdagangan AS Robert Lighthizer untuk bernegosiasi dengan Uni Eropa, Jepang, dan sejumlah negara lain dan melaporkan kemajuannya dalam tempo 180 hari.
Jika gagal mencapai kata sepakat, Trump akan memutuskan apakah akan mengambil langkah lebih lanjut.
Reuters melaporkan rencana pemberlakuan tarif tersebut menimbulkan kemarahan dari pabrikan, dealer, hingga pemerintah asing seperti Jepang dan Uni Eropa. Terlebih dokumen Gedung Putih memberikan sinyal AS bakal berupaya agar sejumlah mitra bersedia memberlakukan kebijakan kuota ekspor produk otomotif secara sukarela.
Salah satu protes berasal dari perusahaan otomotif Jepang Toyota Motor Corp yang berencana menanamkan investasi mencapai US$13 miliar hingga 2021. Rencana kenaikan tarif impor otomotif AS dianggap sebagai suatu kemunduran pada industri, pekerja, dan konsumen produk otomotif AS. Rencana itu juga dianggap sebagai sinyal investasi Negeri Matahari Terbit ini tidak disambut.
Keberatan juga dilontarkan oleh Komisioner Perdagangan Eropa, Cecilia Malstroem, melalui cuitan di Twitter. Uni Eropa berulang kali menegaskan tidak akan menyetujui kuota apapun untuk ekspor otomotif.
"Kami sepenuhnya menolak pemikiran yang menganggap ekspor mobil kami merupakan ancaman keamanan nasional. Uni Eropa siap untuk negosiasi kesepakatan perdagangan terbatas (termasuk) mobil, tapi bukan perdagangan yang dikelola melanggar ketentuan WTO (ilegal)," ujar Malmstroem.
Sejumlah produsen otomotif menilai pemberlakuan tarif hanya akan menghilangkan ratusan hingga ribuan lapangan kerja, mengerek harga kendaraan serta mengancam belanja industri pada mobil tanpa supir (self-driving cars).
Kelompok yang mewakili produsen mobil asal Jerman dan Jepang, termasuk Volkswagen AS, Honda Motor Co, dan Nissan Motor menilai anggapan sejumlah impor mobil sebagai ancaman keamanan nasional merupakan sesuatu yang konyol. Bahkan, mereka mengklaim industri tidak ada yang meminta pengenaan tarif atau perlindungan dari pemerintah. (vws)
http://bit.ly/2LRvPfz
May 19, 2019 at 03:30AM from CNN Indonesia http://bit.ly/2LRvPfz
via IFTTT
No comments:
Post a Comment