Dilansir dari Reuters, Kamis (27/6), harga minyak mentah berjangka Brent naik US$1,44 atau 2,2 persen menjadi US$66,49 per barel. Penguatan juga terjadi pada harga minyak mentah berjangka AS Weat Texas Intermediate (WTI) sebesar US$1,55 atau 2,7 persen menjadi US$59,38 per barel.
Badan Administrasi Informasi Energi AS (EIA) mencatat stok minyak mentah Negeri Paman Sam merosot 12,8 juta barel pada pekan lalu. Realisasi tersebut jauh melampaui perkiraan analis yang yakni hanya akan menurun 2,5 juta barel. Berdasarkan data Kementerian Energi AS, penurunan stok mentah AS juga merupakan yang terbesar sejak September 2016.
Impor bersih minyak mentah AS juga turun sebesar 1,2 juta barel per hari (bph) pada pekan lalu. Secara keseluruhan, ekspor minyak mentah AS naik menjadi 3,8 juta bph, mengalahkan rekor pada pada Februari 2019 lalu yang mencapai 3,6 juta bph.
Analis Price Futures Group Phil Flynn menilai penurunan stok minyak mentah sebagian besar disebabkan oleh kuatnya permintaan.
"Kita akhirnya melihat dampak dari pemangkasakan produksi Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan mulai melihat dampak pemangkasan Venezuela," ujar Flynn di Chicago.
EIA juga mencatat stok bensin turun sebesar 996 ribu barel dan persediaan minyak distilasi merosot 2,4 juta barel.
Penurunan stok terjadi di waktu yang bersamaan dengan pemberitaan operasional kilang terbesar dan tertua di East Coast AS berhenti. Penghentian operasional dilakukan menyusul kebakaran pekan lalu yang menyebabkan kerusakan berat.
Walikota Philadelphia telah memberikan konfirmasi terkait rencana Philadelphia Energy Solutions untuk menhentikan operasional kilang berkapasitas 335.000 bph pada bulan depan.
Menyusul pemberitaan tersebut, harga kontrak berjangka bensin AS naik 4 persen ke level tertingginya sejak 23 Mei 2019 dalam transaksi semalam (overnight).
Penurunan persediaan minyak mentah dan gangguan kilang menambah ketidakpastian pada pasokan minyak yang sebelumnya disebabkan oleh perang mulut antara AS-Iran. Memanasnya tensi AS-Iran memicu ketakutan pengiriman minyak melalui Selat Hormuz, rute tersibuk pasokan minyak dunia, dapat terganggu.
Pada Rabu (26/6) kemarin, Presiden AS Donald Trump kepada Fox Business Network menyatakan AS berada di posisi yang kuat jika sesuatu terjadi. Iran telah menyebut serangkaian sanksi baru AS sebagai serangkaian hal gila.
[Gambas:Video CNN]
Sebagai catatan, tensi kedua negara memanas setelah Iran menembak drone militer AS di Teluk pekan lalu. Penembakan tersebut mengeskalasi tensi yang muncul usai AS menuding Iran sebagai biang keladi penembakan kapal tanker di kawasan tersebut. Iran telah membantah tudingan tersebut.
Selanjutnya, pasar akan memperhatikan hasil pertemuan G20 pada akhir pekan ini di Jepang, yang akan diikuti dengan pertemuan negara anggota OPEC dan sekutunya pada 1-2 Juli mendatang di Wina, Austria. OPEC dan sekutunya akan membahas kemungkinan perpanjangan kebijakan pemangkasan produksi hingga paruh kedua tahun ini.
Lebih lanjut, dua sumber Reuters menyatakan rata-rata produksi minyak Rusia selama periode 1-25 Juni tercatat 11,5 juta bph, naik dari rata-rata periode 1-10 Juni yang sebesar 11,04 juta bph. (sfr/lav)
https://ift.tt/2RIbt80
June 27, 2019 at 02:49PM from CNN Indonesia https://ift.tt/2RIbt80
via IFTTT
No comments:
Post a Comment