Liverpool meraih gelar juara Liga Champions dengan cara yang tidak biasa. Manajer Juergen Klopp tidak memainkan gaya 'heavy metal' yang begitu identik dengan gaya kepelatihannya selama menukangi The Reds.
Liverpool unggul cepat atas Tottenham di pertandingan ini. Tim kota pelabuhan hanya butuh waktu dua menit untuk membobol gawang Hugo Lloris melalui penalti Mohamed Salah.Penalti itu diberikan wasit asal Slovenia, Damir Skomina, karena gelandang Tottenham, Mohamed Sissoko, menghalau bola umpan Sadio Mane menggunakan lengan.
Skomina menunjuk titik putih dan Salah dengan tenang melepaskan tendangan keras yang menggetarkan gawang Lloris.
Mohamed Salah mencetak satu gol di final Liga Champions. (REUTERS/Susana Vera)
|
Taktik 'gegenpressing' yang akrab dengan Liverpool hanya sesekali terlihat sepanjang babak pertama. Salah dkk malah lebih banyak turun ke daerah pertahanan untuk membatasi pergerakan pemain depan Tottenham.
Pendekatan taktik yang lebih pragmatis itu terbukti efektif meredam serangan Tottenham. Praktis, hanya aksi individu Son Heung-min yang kerap merepotkan pertahanan Liverpool meski tidak berujung ancaman berarti ke gawang Alisson.
Liverpool meraih gelar Liga Champions keenam mereka. (REUTERS/Carl Recine)
|
Pendekatan gaya bermain Klopp yang lebih mirip mantan manajer Manchester United, Jose Mourinho, tidak berubah di babak kedua. Manajer asal Jerman itu tetap membiarkan Tottenham menguasai bola dan para pemain Liverpool lebih banyak menunggu untuk melakukan serangan balik.
Taktik itu hampir saja jadi bumerang karena di babak kedua serangan The Lilywhites kian bergelombang. Masuknya Lucas Moura menggantikan Harry Winks di babak kedua turut meningkatkan intensitas serangan tim London Utara.
Beruntung Liverpool punya kiper sekelas Alisson Becker di bawah mistar gawang. Kiper asal Brasil itu membuat Moura, Son, hingga Christian Eriksen, kehabisan akal untuk membobol gawangnya. Di sisi lain, Harry Kane yang baru sembuh dari cedera engkel tidak bisa berbuat banyak di laga ini.
Alisson mengagalkan tiga peluang emas dari delapan tembakan tepat sasaran yang didapat Tottenham sepanjang pertandingan. Jumlah peluang ini hampir tiga kali lebih banyak dari Liverpool yang hanya melepaskan tiga tembakan tepat sasaran.
Divock Origi mencetak gol yang membuat Liverpool di ambang gelar juara Liga Champions. (REUTERS/Kai Pfaffenbach)
|
Gol Liverpool datang dari situasi sepak pojok yang dieksekusi James Milner. Bola liar hasil tendangannya mampir ke kaki Divock Origi. Striker yang masuk di babak kedua itu melepaskan tendangan kaki kiri yang bersarang ke pojok gawang Lloris.
Liverpool hanya melakukan tiga tembakan tepat sasaran berbanding delapan milik Tottenham. Selain itu, penguasaan bola Liverpool kalah jauh dari Tottenham dengan 35 persen berbanding 65 persen.
Terakhir, Liverpool sepanjang pertandingan hanya melakukan 272 umpan. Catatan itu kalah jauh dari Tottenham yang melakukan 510 umpan meski akhirnya dominasi dan permainan menyerang anak asuh Mauricio Pochettino tak berujung kemenangan.Dilansir Opta, rata-rata umpan Liverpool hanya 35,4 persen sekaligus jadi tim pertama yang juara Liga Champions meski penguasaan bola kalah dari tim lawan. Tim terakhir yang punya persentase umpan rendah tetapi jadi juara adalah Inter Milan asuhan Mourinho yang mengalahkan Bayern Munchen tahun 2010.
(nva)
http://bit.ly/30YqFlH
June 02, 2019 at 02:04PM from CNN Indonesia http://bit.ly/30YqFlH
via IFTTT
No comments:
Post a Comment