"Yang pertama harus dilihat dulu, itu beras sejak kapan. Jangan dicampur aduk. Tergantung, Bulog-nya bisa menyalurkan beras atau tidak," ujarnya kepada CNNIndonesia.com, Selasa (2/7) malam.
Namun demikian, Darmin tak melanjutkan penjelasannya. Ia mengaku tak ingin persoalan tersebut menjadi polemik.
Sementara itu, Bulog menyatakan akan membuang beras jika mutu beras benar-benar tak bisa diselamatkan lewat proses pengolahan.
Menurut Bulog, volume beras yang rencananya akan dibuang merupakan Cadangan Beras Pemerintah (CBP) hasil pengadaan dari kurun waktu 2015-2017. Namun, perusahaan milik negara itu tidak serta merta menyebut volume beras itu berasal dari impor atau tidak.
Sesuai Peraturan Menteri Pertanian Nomor 38 Tahun 2018 tentang Pengelolaan CBP, waktu penyimpanan beras di gudang seharusnya hanya 4 bulan. Namun, aturan itu tak berjalan sempurna.
Pasalnya, menurut Direktur Pengadaan Bulog Bachtiar, sisa beras di gudang yang berasal dari impor pada April 2018 lalu masih lebih dari 1 juta ton.
"Masih ada 1 juta lebih yang sisa impor yang lama. Itu kan potensi rusak (kalau tidak disalurkan)," jelasnya.
Ia menjelaskan terdapat beberapa cara Bulog dalam menyalurkan beras. Pertama, melalui program Ketersediaan Pasokan dan Stabilisasi Harga (KPSH). Program ini dulu dikenal sebagai operasi pasar.
Kedua, penyaluran secara komersial. Ketiga, program golongan anggaran yang melayani kebutuhan beras di perbatasan. Terakhir, program beras sejahtera atau bantuan pangan nontunai.
Saat ini, lanjut Bachtiar, volume CBP yang ditampung Bulog sekitar 2,2 juta ton. Sejak awal tahun, Bulog telah menyerap sekitar 800 ribu ton dengan rata-rata serapan harian di kisaran 8.000 - 10.000 ribu ton. Hingga akhir tahun, total serapan beras Bulog ditargetkan mencapai 1,8 juta ton.
[Gambas:Video CNN]
(uli/bir)
https://ift.tt/2XiYY3R
July 03, 2019 at 03:10PM from CNN Indonesia https://ift.tt/2XiYY3R
via IFTTT
No comments:
Post a Comment