Kepala Greenpeace Indonesia Leonard Simanjuntak mengatakan setidaknya ada 3.487 titik api saat kebakaran hutan pada 2015 di Kabupaten Kutai Kartenagara.
"Data Greenpeace menunjukkan lokasi ibu kota baru ini tidak bebas dari kebakaran hutan dan kabut asap. Selama krisis kebakaran hutan tahun 2015 ada sebanyak 3.487 titik api di Kabupaten Kutai Kartanegara," tulis Leonard melalui rilis yang diterima CNNIndonesia.com, Selasa (27/8).
Berdasarkan data Greenpeace sekitar 105 titik api di Kabupaten Kutai Kartanegara masih ditemukan. Analisis Greenpeace pun menunjukkan total area burn scar yang terkena dampak kebakaran hutan seluas 35.785 ha antara 2015 sampai 2018.
Leonard mengimbau agar pemerintah tidak menggunakan kawasan lindung atau cagar alam karena akan menyebabkan deforestasi tambahan dan ancaman terhadap hewan langka di Kalimantan seperti Orangutan.
"Masalah lingkungan sekali lagi harus digarisbawahi sebagai pertimbangan mendasar dalam proses relokasi ibu kota. Sangat disayangkan bahwa proses ini dilakukan secara tergesa-gesa dan tidak melalui proses konsultasi publik yang memadai," pungkasnya.
Senada dengan Greenpeace, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengingatkan soal tingginya kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Pulau Kalimantan. Sebab banyak ladang gambut yang mudah sekali terbakar jika terkena panas matahari.
Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) sebelumnya juga menyebut ketika memasuki musim kering, gambut akan mengering sehingga risiko kebakaran naik. Komposisi gambut dari bahan bakar sisa tumbuhan pun sampai di bawah permukaan, sehingga membuat api di lahan gambut mudah menjalar.
Diketahui, Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Senin resmi mengumumkan dua ibu kota baru di Kalimantan Timur yaitu Kabupaten Penajam Paser Utara dan sebagian Kabupaten Kutai Kartanegara. (din/asa)
https://ift.tt/30FF8SX
August 28, 2019 at 03:17PM from CNN Indonesia https://ift.tt/30FF8SX
via IFTTT
No comments:
Post a Comment