Pages

Monday, December 3, 2018

Damai Perang Dagang Angkat Rupiah ke Level Rp14.244 Per Dolar

Posisi ini menguat 58 poin atau 0,4 persen dari akhir pekan kemarin, Jumat (30/11) di Rp14.302 per dolar AS.
Sementara kurs referensi Bank Indonesia (BI), Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menempatkan rupiah di posisi Rp14.252 per dolar AS atau menguat dari akhir pekan lalu, Jumat (30/11) di Rp14.339 per dolar AS.

Di kawasan Asia, mayoritas mata uang menguat dari dolar AS. Penguatan mata uang Asia dipimpin oleh renminbi China yang menguat hingga 1,09 persen. Diikuti won Korea Selatan 0,91 persen, baht Thailand 0,58 persen, dan ringgit Malaysia 0,46 persen.

Kemudian, dolar Singapura menguat 0,44 persen, peso Filipina 0,25 persen, yen Jepang 0,13 persen, dan dolar Hong Kong 0,05 persen. Hanya rupee India yang melemah 0,79 persen dari mata uang Negeri Paman Sam.


Sedangkan mata uang utama negara maju seluruhnya kompak bersandar di zona hijau. Dolar Australia menguat 0,97 persen, dolar Kanada 0,93 persen, rubel Rusia 0,83 persen, poundsterling Inggris 0,36 persen, euro Eropa 0,35 persen, dan franc Swiss 0,03 persen.

Analis Monex Investindo Dini Nurhadi Yasyi mengatakan nilai tukar rupiah berhasil melanjutkan penguatan karena masih ada sentimen dari sinyal perdamaian sementara antara AS dengan China terkait perang dagang. Kedua negara sepakat menangguhkan ketegangan hubungan mereka setidaknya dalam 90 hari dan melakukan negosiasi baru.

Presiden AS Donald Trump setuju untuk tidak menaikkan tarif bea masuk impor sebesar 25 persen untuk produk-produk senilai US$200 miliar dari China. Sementara Presiden China Xi Jinping sepakat untuk membeli sejumlah produk pertanian, energi, industri, dan lainnya dari AS.

Menurutnya, sinyal damai sementara kedua negara berhasil membuat dolar AS melemah dan rupiah menguat. "Sebelumnya rupiah sudah menguat sebagai antisipasi pertemuan kedua negara, tapi saat ada sinyal damai, dolar AS kembali terkoreksi lagi hari ini," ujarnya kepada CNNIndonesia.com, Senin (3/12).


Kendati begitu, Dini bilang, penguatan rupiah cenderung terbatas atau tidak setinggi mata uang negara lain karena data inflasi November 2018 yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini justru sedikit di atas ekspektasi pasar.

BPS mencatat inflasi November 2018 sebesar 0,27 persen secara bulanan (month-to-month/mtm). Sementara secara tahun berjalan (year-to-date/ytd), inflasi sebesar 2,5 persen dan secara tahunan (year-on-year/yoy) mencapai 3,23 persen pada November 2018.

"Ini harus diperhatikan selanjutnya karena kalau inflasi ketinggian juga tidak bagus, apalagi tingkat suku bunga acuan BI sedang tinggi juga," katanya.

Sementara untuk sepanjang pekan ini, Dini memperkirakan rupiah akan berada di kisaran RP14.000-14.460 per dolar AS. "Ada peluang rupiah ke Rp14 ribu per dolar AS karena kenaikan bunga acuan The Fed diperkirakan hanya satu kali pada 2019," pungkasnya.

(uli/agt)

Let's block ads! (Why?)


https://ift.tt/2Qa2Vcf
December 03, 2018 at 11:50PM from CNN Indonesia https://ift.tt/2Qa2Vcf
via IFTTT

No comments:

Post a Comment