Indeks tersebut sekaligus menjadi tanda terparah aktivitas pabrik China untuk pertama kalinya dalam 2,5 tahun belakangan.
Biro Statistik Nasional (National Bureau of Statistics/NBS), seperti dilansir Reuters, Senin (31/12), menyebut pencapaian PMI China saat ini ialah kontraksi pertama sejak Juli 2016 lalu dan terlemah sejak Februari 2016.
Analis yang disurvei telah memperkirakan penurunan indeks PMI China. Namun, proyeksi para analis, perlambatan sektor manufaktur hanya mentok di posisi 49,9.
Menurut analis, lesunya aktivitas manufaktur di China tidak terlepas dari meningkatnya risiko terhadap ekonomi global, terutama setelah genderang perang dagang yang digaungkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terhadap China.
Gesekan perdagangan antara dua raksasa ekonomi dunia itu disebut telah 'menyakiti' rantai pasokan global dan investasi di dunia.
Awal bulan ini, Trump dan Presiden China Xi Jinping menyepakati penundaan kenaikan tarif barang-barang impor dari China ke AS. "Ada banyak pesanan jangka pendek dari luar negeri, tapi prospek ekspor jangka menengah ke panjang tak terlalu optimis," ujar Ekonom Hwabao Trust di Shanghai, Nie Wen.
Sebaliknya, indeks untuk nonmanufaktur China menjadi 53,8 pada Desember 2018 atau naik dari bulan sebelumnya, yaitu 53,4.
Sektor jasa menyumbang lebih dari setengah ekonomi China, dengan kenaikan upah yang mendorong daya beli masyarakat.
(Reuters/bir)
http://bit.ly/2SvO21a
December 31, 2018 at 07:32PM from CNN Indonesia http://bit.ly/2SvO21a
via IFTTT
No comments:
Post a Comment