Kantor Panglima Militer Myanmar melaporkan bahwa operasi tersebut dilancarkan setelah terjadi kekerasan di dekat anak sungai Pyu Ma di Maungdaw, Rakhine, pada 17 Desember lalu.
Mereka menyatakan bahwa insiden tersebut pertama kali terkuak setelah mereka menerima laporkan bahwa dua pria etnis Buddha di Rakhine tak kembali ke rumah setelah melaut.
Di hari yang sama, dua anggota etnis Buddha lainnya diserang ketika sedang memancing di sungai tersebut oleh enam orang "yang berbicara bahasa Bengali."
Kantor panglima memang mengaku belum mengetahui identitas penyerang. Namun selama ini, Myanmar tak mengakui etnis Rohingya dan menyebut mereka sebagai imigran gelap dari Bengali.
Rakhine kerap menjadi saksi bisu gelombang penyiksaan terhadap Rohingya. Gelombang persekusi terbaru Rohingya terjadi pada Agustus 2017 lalu.
Bentrokan dengan militer pertama kali pecah tak lama setelah kelompok bersenjata Rohingya menyerang sejumlah pos polisi dan satu pangkalan militer di Rakhine.
Mereka berdalih melakukan serangan untuk melawan persekusi dan membela hak-hak dasar Rohingya.
Pada kenyataannya, militer Myanmar dilaporkan tak hanya membidik kelompok bersenjata, tapi juga warga sipil Rohingya.
Tak hanya membunuh, mereka juga melakukan pemerkosaan dan pembakaran rumah-rumah Rohingya di Rakhine.
Keseluruhan bentrokan ini merenggut sekitar seribu nyawa dan membuat ratusan ribu Rohingya melarikan diri ke Bangladesh. (has)
https://ift.tt/2QIYp4I
December 20, 2018 at 10:51PM from CNN Indonesia https://ift.tt/2QIYp4I
via IFTTT
No comments:
Post a Comment