Direktur Keuangan BNI Anggoro Eko Cahyo mengatakan perolehan laba bersih BNI masih ditopang oleh pertumbuhan kredit. Adapun, posisi kredit BNI pada akhir 2018 tercatat Rp512,78 triliun atau meningkat 16,2 persen dibanding tahun sebelumnya Rp441,31 triliun. Persentase pertumbuhan kredit ini lebih baik ketimbang 2017 yang sebesar 12,2 persen.
Kondisi ini juga mendukung pertumbuhan pendapatan bunga bersih perseroan dari Rp31,94 triliun menjadi Rp35,45 triliun, atau tumbuh 11 persen. Pertumbuhannya juga lebih besar dibanding tahun sebelumnya yang hanya sebesar 6,5 persen.
Hanya saja, dia menuturkan tahun 2018 bukanlah periode yang mudah. Sebab, kondisi makroekonomi saat itu tidak secermelang 2017, seperti penurunan harga komoditas dan fluktuasi nilai tukar. Alhasil, rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan) bisa berdampak buruk bagi perusahaan.
Maka itu, perseroan meningkatkan coverage ratio Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) sebesar 152,9 persen terhadap kredit pada 2018, atau naik dari tahun sebelumnya 148 persen. Padahal, rasio NPL kotor perusahaan sebetulnya membaik dari 2,3 persen tahun lalu menjadi 1,9 persen. CKPN ditujukan untuk mengantisipasi kondisi 2019.
"Dengan kondisi itu, BNI tetap deliver sesuai guidance yang diberikan. Kalau kemarin 20 persen, tahun ini 10 persen, kondisi makroekonominya berbeda," ujar Anggoro, Rabu (23/1).
Secara operasional BNI mengalami efisiensi. Pertumbuhan biaya operasional perseroan pada 2018 mencapai 6,8 persen atau lebih rendah dari tahun sebelumnya 8,6 persen. Hal ini menyebabkan perbaikan rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) sebesar 42,5 persen dari tahun lalu 43,9 persen.
Pada 2019, ia memprediksi pertumbuhan laba bisa di kisaran 13 persen hingga 15 persen. Ini lantaran beberapa analisis mengatakan bahwa ekonomi Indonesia akan lebih stabil.
Meski demikian, BNI tetap memasang target pertumbuhan kredit yang lebih konservatif, yakni di rentang 13 persen hingga 15 persen. Target ini bahkan lebih rendah dari realisasi pertumbuhan kredit di tahun kemarin.
"Kami prediksikan, kondisi tahun depan akan lebih stabil dibanding tahun ini," imbuh dia.
Sepanjang 2018, BNI menyalurkan kredit sebesar Rp512,78 triliun yang sebagian besar disalurkan untuk Kredit Modal Kerja (KMK), yakni Rp269,26 triliun atau tumbuh 19 persen dibanding tahun kemarin. Angka ini mengambil 52,5 persen dari seluruh total penyaluran kredit perseroan sepanjang tahun lalu. (glh/lav)
http://bit.ly/2Mr1Fwr
January 24, 2019 at 01:41AM from CNN Indonesia http://bit.ly/2Mr1Fwr
via IFTTT
No comments:
Post a Comment