Sementara itu, kurs referensi Bank Indonesia Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) menempatkan rupiah di kisaran Rp14.141, atau menguat dibandingkan kemarin, yakni Rp14.188 per dolar AS.
Selain rupiah, beberapa mata uang utama Asia lainnya juga ikut menguat terhadap dolar AS. Rupee India tercatat menguat 0,15 persen dan dolar Taiwan menguat 0,01 persen.
Di sisi lain, mayoritas mata uang Asia mengalami pelemahan dibanding dolar AS. Yuan China tercatat melemah 0,01 persen terhadap dolar AS.
Dolar Hong Kong mengekor dengan pelemahan 0,02 persen, yen Jepang melemah 0,07 persen, won Korea Selatan melemah 0,11 persen, dolar Singapura melemah 0,12 persen, serta ringgit Malaysia dan baht Thailand sama-sama melemah 0,13 persen.
Analis pasar uang PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Rully Arya Wisnubroto mengatakan penguatan rupiah terbatas karena minim sentimen yang memberikan dampak tinggi. Rupiah masih diwarnai oleh government shutdown yang terjadi di AS yang kemungkinan berdampak ke ekonomi negara Paman Sam itu.
Selain itu, sisi fundamental Indonesia juga dianggap masih cemerlang oleh pelaku pasar, di mana pengumuman inflasi nanti diharapkan bisa stabil.
Namun penyebab utama penguatan ini adalah karena pelaku pasar masih menunggu (wait and see) atas berbagai kejadian yang akan berlangsung beberapa waktu mendatang, seperti negosiasi perang dagang antara China dan AS pada 30 hingga 31 Januari mendatang dan perundingan mengenai keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit).
"Dan pelaku pasar semuanya masih menunggu," jelas Rully kepada CNNIndonesia.com, Kamis (24/1).
Hal itu juga diamini oleh Analis Monex Investindo Dini Nurhadi Yasyi yang mengatakan bahwa penguatan rupiah kali ini merupakan antisipasi atas pengumuman bank sentral eropa pada malam nanti.
Rencananya, Bank Sentral Eropa akan mengambil kebijakan yang dovish karena kondisi perekonomian Eropa sedang tidak baik. Sehingga, jika demikian, maka ada ekspektasi suku bunga acuan Eropa tidak akan menanjak.
Hanya saja, jika pandangan bank sentral Eropa cukup dovish, itu bisa berujung pada pelemahan euro dan melesatkan dolar AS. Kalau dolar menguat, ini menjadi sentimen negatif bagi mata uang lainnya.
"Meski pun memang potensi penguatan dolar juga dalam jangka pendek," tandasnya.
(glh/bir)
http://bit.ly/2T5Gjaw
January 24, 2019 at 11:46PM from CNN Indonesia http://bit.ly/2T5Gjaw
via IFTTT
No comments:
Post a Comment