Menurut Hanafi, wajah Indonesia saat ini berbeda dengan masa lalu ketika komunisme masih bisa dijadikan saluran perlawanan terhadap ketidakadilan.
"Sekarang ini platform yang satu-satunya bisa memberi saluran perlawanan adalah Islam atau agama," ujar Hanafi dalam diskusi di Seknas Prabowo-Sandi, Menteng, Jakarta, Selasa (19/2).
"Dulu mungkin ada komunisme untuk platform perlawanan pada 1970an, atau Marxisme. Tetapi sekarang Marxisme sudah hilang. Kalaupun ada mungkin sekarang sudah menjadi borjuis, yang proletar sudah borjuis. Makan enak," lanjutnya.
Hanafi menyebut saat ini sudah ada gelombang besar yang menghendaki perubahan. Gelombang besar itu muncul ketika masyarakat merasa makin kesulitan untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.
Putra sulung tokoh reformasi Amien Rais itu menganggap wajar jika gelombang perlawanan semakin besar seiring waktu. Dia menyebut masyarakat gerah melihat ketidakadilan hukum.
"Dan alhamdulilah, satu satunya platform perlawanan yang bisa menggabungkan seluruh pokok elemen ini adalah Islam. Berpolitik ada dalam aturan agama," kata Hanafi.
Di sisi lain, Hanafi menyoroti kalangan yang terusik dengan gelombang perlawanan tersebut. Mereka, kata dia, adalah pihak yang melabeli gerakan perlawanan masyarakat dengan stempel negatif sebagai kelompok yang 'mempolitisasi agama'.
"Lho kalau begini, yang mepolitisasi berarti kelompok sebelah. Mereka ini tidak pernah yakin bahwa agama dan politik adalah satu perintah yang sama, sehingga risih ketika ada gumpalan kekuatan yang menganggu mereka," kata Hanafi.
http://bit.ly/2TR6mm5
February 20, 2019 at 01:45AM from CNN Indonesia http://bit.ly/2TR6mm5
via IFTTT
No comments:
Post a Comment