Permadi menjelaskan bahwa perkara ini dimulai pada 22 September 2018. Kala itu dia menerima notifikasi di surel bahwa ada pihak yang berupaya mengganti kata sandi akun Facebook miliknya.
Pada hari itu juga, ia mendapati akun tersebut berhasil dijebol oleh peretas. Sang peretas mengganti surel utama dan nomor ponsel yang didaftarkan untuk akun itu. Dari sana, Permadi menyadari akun pribadinya dibobol oleh jaringan Saracen.
Menurut Permadi, hal tersebut melatari bocornya foto-foto pribadi miliknya ke internet.
"Begitu akun itu diambil alih, foto profile picture diganti dengan gambar Saracen," kata Permadi kepada CNNIndonesia.com, Selasa (12/2).
Masalah makin pelik pada 31 Januari 2019 kemarin. Saat Facebook melakukan bersih-bersih, tertulis halaman Permadi Arya sebagai halaman yang ikut terjaring. Facebook menuding halaman itu terhubung dengan Grup Saracen.
Permadi menduga Facebook tidak berhati-hati dalam hal ini. "Jadi Facebook pikir semua produk yang pakai email itu dikuasai Saracen termasuk page Abu Janda," ujarnya.
Pria yang mengaku aktif sebagai pegiat media sosial ini mengatakan bahwa Saracen sejatinya mengincar halaman Abu Janda yang memiliki pengikut sekitar 500 ribu pengguna Facebook. Permadi menduga Saracen ingin merebut akses halaman itu dengan menguasai akun pribadinya.
"Kita punya bukti kuat sekali, makanya kalau Facebook tidak klarifikasi hingga Kamis ini, kita akan ke jalur hukum," tegas Permadi.
Abu Janda mensomasi Rp1 triliun kepada CEO dan pendiri Facebook Mark Zuckerberg atas tuduhan dirinya termasuk produsen fitnah Saracen. (CNN Indonesia/Christie Stefanie)
|
Menurut Permadi, masalah tak akan sebesar ini apabila Facebook tidak melibatkan namanya dalam pengungkapan aktivitas mencurigakan jejaring Saracen. Ia merasa dirinya sudah sangat dirugikan dengan pernyataan Facebook itu, sementara akun itu sudah diretas orang lain.
"Kalau nama saya tidak disebut, tidak akan ada kasus ini. Kalau cuma blokir tidak apa-apa, tapi ini sebut nama," kata dia.
Finsensius Mendrofa, kuasa hukum dari Permadi, tak mempermalasahkan keputusan Facebook memblokir akun kliennya. Hanya saja, ia menyayangkan sikap Facebook yang kurang berhati-hati. Ia merasa Facebook seharusnya bisa lebih teliti kalau memperhatikan akun atas nama Permadi Arya sudah tidak dikuasai kliennya lagi.
"Padahal 22 September 2018 Facebook kan memberi notifikasi ke klien kami bahwa akun Facebook Permadi Arya sudah di-hack. Jadi seharusnya Facebook memperhatikan prinsip kehati-hatian, ini kan berbahaya," terang Finsensius.
Hingga kini, belum ada komunikasi lanjutan antara pihak Permadi dengan Facebook. Namun mereka berjanji bahwa somasi mereka tetap berlaku hingga Kamis (14/2) nanti. Jika Facebook tak memenuhi somasi itu, mereka menegaskan akan mengambil langkah hukum.
http://bit.ly/2TL9Er0
February 13, 2019 at 12:09AM from CNN Indonesia http://bit.ly/2TL9Er0
via IFTTT
No comments:
Post a Comment