Pada debat perdana 17 Januari 2019, KPU membatasi jumlah undangan sebanyak 500 orang. Namun, pada debat capres kedua, KPU menambah 100 undangan menjadi total 600 undangan. Masing-masing calon presiden nomor urut 01 dan 02 jadi 140, jadi 280, dan undangan KPU menjadi 320 orang.
"Banyak dukungan pendukung paslon 01 dan 02 di sana justru mengganggu bagi kita yang menonton di luar (televisi), terutama di pedesaan. Selain karena sinyal (televisi) juga kurang baik, banyak sekali interupsi dari moderator menyetop teriakan pendukung itu," kata Sandi di Media Center Prabowo-Sandi, Jalan Sriwijaya, Jakarta Selatan, Senin (18/2).
Sandi yang memilih nonton bareng dengan relawan di Cibinong, Bogor, Jawa Barat merasa terganggu dengan kehadiran penonton dalam ruang debat yang membawa alat peraga kampanye (APK) dan meneriakan yel yel.
Sandi berharap agar pada debat selanjutnya KPU mengurangi jumlah penonton di dalam ruangan debat. Masing-masing tim paslon, menurut Sandi, akan lebih efisien jika hanya membawa 50 pendukung.
"Untuk membantu memberikan materi maupun dukungan dari keluarga dan lain sebagainya, 50 cukup dan dibuat sesederhana mungkin," kata dia.
Sebab, kata Sandi, debat bukan hanya untuk kepentingan pendukung yang ada di dalam ruang, tetapi untuk masyarakat luas yang menyaksikan siaran langsung melalui televisi di rumahnya masing-masing.
"Jadi prioritasnya adalah bagaimana menghadirkan debat ini untuk membantu mereka menentukan pilihan, bukan untuk saling sorak menyorak dan sampai terdengar di pemirsa di rumah, bunyi periwitan, bunyi kayak tepukan balon, menurut saya itu kontraproduktif," kata Sandiaga.
[Gambas:Video CNN] (ugo)
http://bit.ly/2IuPrnY
February 19, 2019 at 01:07AM from CNN Indonesia http://bit.ly/2IuPrnY
via IFTTT
No comments:
Post a Comment