Menurut Direktur Pemasaran ADM, Amelia Tjandra, ada perbedaan besar memproduksi mobil berpembakaran dalam ketimbang mobil listrik. Mobil pembakaran dalam dirakit menggunakan kira-kira 2.000 komponen, sedangkan mobil listrik disebut Amelia cuma butuh sekitar 250 komponen.
Di Indonesia, kebanyakan produsen komponen berbakti pada mesin pembakaran dalam. Produsen komponen ini disebut juga bakal merasakan besar jika produsen mobil memutuskan memproduksi mobil listrik.
Bila produsen komponen ingin mengubah produknya hingga bisa digunakan untuk mobil listrik, itu butuh penyesuaian termasuk di dalamnya investasi baru.
Amelia bilang peralihan ke mobil listrik seharusnya dijembatani teknologi 'hybrid'. Pada sistem gerak mobil 'hybrid' masih memanfaatkan mesin pembakaran dalam, namun ditambah teknolgi motor listrik dan baterai sebagai pendukung.
"Kalau yang kami [Daihatsu] punya bertahap, dari hybrid, plug-in hybrid, baru baterai. Tujuannya supaya industri yang saat ini sudah terbangun tidak tiba-tiba shocking, akhirnya akan membuat industri otomotif turun. Pemain-pemain yang sudah lama berinvestasi kasihan," kata Amelia di Karawang, Rabu (6/3).
Memproduksi mobil hibrida sebelum listrik di Indonesia bisa mengarahkan produsen komponen sampai menentukan sikap menghadapi kemajuan zaman.
"Kalau semua langsung ke listrik, mereka tidak ada bikinan dong karena komponennya saja tinggal 250 item. Banyak sekali mereka yang enggak maen komponen-komponen itu, sementara mereka sudah investasi banyak," ucap Amelia.
"Pada waktunya kalau nanti harus hybrid ... yang industri-industri ini sudah menyiapkan dulu. Kalau langsung tiba-tiba ke electric, industri-industri yang sekarang ini main combustion engine tiba-tiba enggak ada demand, kasihan. Mereka nanti shocking, karyawannya nanti mesti di PHK segala, kita kasihan," ujar Amelia. (fea/mik)
https://ift.tt/2tRiyIh
March 08, 2019 at 03:07AM from CNN Indonesia https://ift.tt/2tRiyIh
via IFTTT
No comments:
Post a Comment