Pages

Thursday, March 14, 2019

Dua Unit Baterai Peringatan Dini Tsunami di Agam Dicuri

Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Agam, Sumatera Barat, menyatakan, dua unit baterai Early Warning Sistem (EWS) tsunami di sepanjang garis pantai Tiku, Kecamatan Tanjungmutiara, telah dicuri pada awal pekan ini.

Kepala BPBD Agam, Muhammad Lutfi Ar mengatakan dua unit baterai EWS yang dicuri itu berada di Puskesmas Pembantu (Pustu) Gasan Kaciak Nagari Tiku Selatan dan SMAN 1 Tanjungmutiara.

"Kita telah melaporkan kehilangan ini ke pihak berwajib, setelah mendapat informasi dari masyarakat terkait dua unit baterai itu hilang, Selasa," kata Lutfi di Lubukbasung, seperti dikutip dari Antara, Kamis (14/3).

Pihaknya memperkirakan baterai EWS itu hilang pada Senin (11/3) sekitar pukul 22.00 WIB, karena ada warga melihat orang baru keluar dari Pustu dan langsung naik mobil.

Semula, kata dia, warga yang menjadi saksi itu mengira mereka yang pergi adalah pasien yang baru selesai berobat.

"Pada Selasa pagi, warga melihat boks penyimpan baterai sudah terbuka dan melaporkan ke BPBD," ujar Lutfi.


Akibat kejadian itu, BPBD mengalami kerugian sekitar Rp6 juta. Setelah pencurian itu, saat ini untuk sementara EWS hanya berfungsi siang hari karena bantuan energi cahaya matahari. Sementara untuk malam hari, EWS tidak berfungsi karena ketiadaan baterai tersebut.

Pihaknya pun mengharapkan perbaikan EWS itu segera rampung setidaknya pada hari ini.

Ia menambahkan, sepanjang garis Pantai Tiku, Kecamatan Tanjungmutiara telah dipasang 10 unit EWS. Dari 10 unit EWS itu, satu unit milik BMKG yang dipasang di halaman kantor Camat Tanjungmutiara dan sembilan unit bantuan BNPB pusat.

"Delapan unit EWS itu dalam kondisi baik," katanya.

Perihal sistem peringatan deteksi dini tsunami mencuat pascabencana gelombang yang terjadi akibat erupsi Gunung Anak Krakatau pada Desember tahun lalu. Tsunami yang tanpa terdeteksi sistem peringatan itu merengut banyak korban jiwa di pesisir Banten dan Lampung.


Tahun lalu BNPB menyatakan Indonesia tidak memiliki buoy atau alat deteksi tsunami yang dipasang di lautan sejak 012 silam. Setahun sebelumnya, Kepala Pusdatin BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan total 22 buoy yang tersebar di perainran nusantara kondisinya rusak total.

Kepala Pusat Gempa dan Tsunami BMKG, Rahmat Triyono menerangkan masuk ke dalam grand design Indonesia Tsunami Early Warning System yang dirancang sejak tsunami Aceh 2004 silam. Buoy dipasang di beberapa titik di laut lepas di antaranya di Samudra Hindia sampai Sumatra, dan selatan Jawa.

Rahmat menyatakan, BMKG masih bisa melakukan fungsi peringatan dini tanpa buoy, karena sistem yang mereka miliki berdasarkan permodelan tsunami.

"Jadi menggunakan modelling tsunami, skenario-skenario. Saat ini ada sekitar 18 ribu modelling tsunami yang kami miliki," ujarnya 30 September 2018. "Tapi kalau ada data dari buoy masuk, tentunya skenario akan lebih akurat, karena ada data observasi."

Sementara itu, pada awal tahun ini BPPT menyatakan siap membangun sistem peringatan dini tsunami yakni buoy dan Cable Based Tsunameter (CBT). Kendati demikian, pihaknya mengakui bahwa pembangunan, operasional dan perawatan sistem peringatan dini tsunami membutuhkan anggaran khusus yang tidak murah.

Oleh karena itu, Deputi Teknologi Pengembangan Sumber Daya Alam (TPSA) BPPT Hammam Riza berharap peran publik juga dalam menjaga buoy yang telah terpasang nantinya.

(Antara/kid)

Let's block ads! (Why?)


https://ift.tt/2T547dN
March 14, 2019 at 09:36PM from CNN Indonesia https://ift.tt/2T547dN
via IFTTT

No comments:

Post a Comment