Waktu tempuh tersebut merupakan perjalanan yang tercepat, terutama saat jam sibuk seperti ketika semua warga berangkat atau pulang kerja. Hal itu baru sekali terjadi dalam hidup saya.
Sebab dalam beberapa tahun terakhir, setidaknya saya harus menyisihkan waktu sekitar satu jam tiga puluh menit untuk bisa menempuh rute perjalanan itu dengan Transjakarta, moda transportasi umum berbasis bus terpadu.
Bahkan, durasi perjalanan kadang masih harus bertambah sekitar 15-20 menit dengan menggunakan ojek berbasis aplikasi daring (online), bila kemacetan Jakarta sedang tidak bersahabat.
Lelah memang menghabiskan perjalanan menuju dan dari tempat kerja di ibu kota, khususnya bagi pekerja seperti saya yang tinggal di kota satelit Jakarta. Namun, harapan mendapat perjalanan yang lebih singkat rupanya masih ada.
Setidaknya itu yang saya rasakan ketika menjajal langsung perjalanan dari Bundaran HI ke Lebak Bulus menggunakan moda raya terpadu berbasis rel listrik (Mass Rapid Transit/MRT) Jakarta pada masa uji coba. Janji perjalanan tepat waktu tiga puluh menit rupanya benar-benar terbukti.
Hal ini jauh berbeda dengan Transjakarta, yang terkadang tidak pasti waktu tempuh perjalanannya. Begitu pula dengan Kereta Rel Listrik (KRL) yang terkadang masih membuat saya terjebak antrian di stasiun transit. Apalagi mikrolet yang tak pasti jam keberangkatannya.
Untuk urusan ketepatan waktu, MRT Jakarta berhasil memenuhi janji. Bahkan, suasana antrean penumpang lebih baik ketimbang Transjakarta dan KRL. Saya tak perlu berdesak-desakan hingga menghirup udara lembab yang akrab diberikan KRL ketika jam sibuk datang.
Meski saya tak yakin bahwa suasana nyaman itu bakal berlangsung seterusnya. Maklum saja, saya menjajal perjalanan tiga puluh menit itu saat masa uji coba sekitar sebulan yang lalu. Tentu kondisinya tak sebanding bila MRT Jakarta sudah beroperasi terbatas seperti hari ini, apalagi ketika beroperasi penuh pada April 2019 mendatang.
Direktur Utama MRT Jakarta William Sabandar sempat mengatakan estimasi jumlah penumpang bisa mencapai 285 ribu penumpang per hari dengan waktu operasional dari pukul 05.00-24.00.
"Meski saat operasi terbatas nanti kami hanya mengangkut penumpang sekitar 4.000-28.800 per hari dari pengoperasian pada pukul 08.00-16.00," ucapnya.
Sementara itu, soal fasilitas yang ditawarkan di dalam kereta sebenarnya tak jauh berbeda dengan MRT di negara tetangga, seperti Singapura, Malaysia, Filipina, Thailand, hingga Vietnam. Misalnya, kursi penumpang, pedal untuk berpegangan, ruang yang cukup untuk berdiri bila tidak mendapat tempat duduk, tombol darurat, alat pemadam api, hingga pintu ganda di kereta dan stasiun.
Begitu pula dengan fasilitas di luar kereta. Mulai dari akses tangga, eskalator, hingga lift bagi penyandang disabilitas hingga lanjut usia. Lalu, tentu ada pula mesin pembelian tiket perjalanan, loket, petunjuk arah, petunjuk keberadaan kereta, toilet, hingga toko (merchant) yang bakal disesuaikan dengan kebutuhan penumpang. Meski lagi-lagi, berbagai fasilitas ini belum saya coba karena belum beroperasi saat masa uji coba.
"Nantinya juga akan ada aplikasi MRT Jakarta di sistem Android yang bisa di-download per 12 Maret 2019. Di aplikas itu, penumpang bisa menyampaikan semua komplain pelanggan, misal toilet tidak bersih, layanan staf kurang, kereta terlambat. Ada call center juga," terangnya.
Selain itu, seperti moda transportasi massal lainnya, tiket perjalanan MRT Jakarta bisa menggunakan uang tunai maupun non tunai, misalnya uang elektronik milik BNI, BRI, Bank Mandiri, BCA, dan Bank DKI. Tiket perjalanan itu juga seperti MRT di negara lain, yaitu terbagi atas satu kali perjalanan (single trip) dan beberapa kali perjalanan sekaligus (multiple trip).
Sayangnya, sampai hari ini belum ada keputusan pasti terkait tarif tiket perjalanan MRT Jakarta fase pertama yang melayani rute Stasiun Bundaran HI hingga Stasiun Lebak Bulus itu. Namun estimasinya, sekitar Rp10 ribu per 10 kilometer (km).
Janji Transportasi Terintergrasi
Tak hanya janji perjalanan tepat waktu tiga puluh menit, MRT Jakarta rupanya juga siap mewujudkan janji manis lainnya, yaitu sistem transportasi yang terintegrasi dengan moda transportasi lain di ibu kota. Mulai dari Transjakarta hingga angkot.
Integrasi tersebut setidaknya akan dilakukan pada dua titik pertama, yaitu di Stasiun Lebak Bulus dan Stasiun Dukuh Atas. Direktur Utama Transjakarta Agung Wicaksono menyontohkan, misalnya di Stasiun Lebak Bulus, Halte Transjakarta Lebak Bulus berada di dalam kawasan stasiun MRT.
"Nanti angkot dari arah selatan Jakarta juga bisa men-drop penumpangnya ke stasiun dan halte yang ada di Lebak Bulus. Selain itu, penumpang bisa menggunakan uang elektronik JakOne untuk pembayaran di angkot sampai Transjakarta dan MRT Jakarta," jelasnya.
Tak hanya itu, William memastikan para penumpang ojek online dan para penumpang yang membawa kendaraan pribadi bisa menyambung perjalanan dengan MRT di titik transit tersebut. "Nanti kami akan tata lahan kembali untuk tempat khusus naik turun penumpang ojek online hingga mobil pribadi," kata William.
[Gambas:Video CNN] (uli/lav)
https://ift.tt/2u3Z3vX
March 12, 2019 at 10:13PM from CNN Indonesia https://ift.tt/2u3Z3vX
via IFTTT
No comments:
Post a Comment