Juru bicara Presiden Rodrigo Duterte, Salvador Panelo, menuturkan protes itu telah dilayangkan Kementerian Luar Negeri Filipina.
"Fakta bahwa mereka (kapal) ada di sana dan tinggal di sana selama berminggu-minggu, mengapa? Apa yang mereka lakukan di sana?" ucap Panelo dalam jumpa pers, Selasa (2/4).
Militer Filipina memantau ada lebih dari 200 kapal China berhenti di dekat Thitu atau kerap disebut Pulau Pagasa sejak awal tahun ini hingga Maret.
Zhao mengatakan nelayan China dan Filipina sama-sama bisa berlayar di perairan dekat pulau tersebut. Ia membantah kapal-kapal nelayan asal negaranya itu membawa persenjataan.
"Anda tidak perlu khawatir tentang apakah akan ada jenis konflik atau tidak," kata Zhao.
Dikutip Reuters, Filipina dan China sama-sama memiliki klaim wilayah di Laut China Selatan. Filipina bahkan pernah menggugat China atas klaim historisnya di perairan itu ke Pengadilan Arbitrase Permanen (PCA) pada Juni 2016 lalu.
Meski Filipina memenangkan gugatannya, China berkeras tetap mengklaim hak historis atas perairan yang menjadi jalur perdagangan utama itu.
Proses reklamasi oleh China di Kepulauan Spratly yang masih sengketa. (Ritchie B. Tongo/Pool)
|
Cahaya dari ratusan bangunan di pulau buatan China bahkan bisa dilihat dari Pulau Thitu setiap malam.
Selain Filipina, sejumlah negara lain seperti Vietnam, Malaysia, Brunei, hingga Taiwan juga memiliki klaim atas perairan itu.
Protes Filipina itu juga muncul ketika Manila dan Amerika Serikat memulai latihan militer bersama tahunan yang melibatkan 7.500 tentara, termasuk 50 orang prajurit Australia.
Latihan itu dilakukan guna meningkatkan respons bersama terhadap bencana alam.
Filipina memang merupakan sekutu lama AS. Namun, sejak Duterte menjabat sebagai presiden pada 2016 lalu, Filipina berupaya lebih mendekatkan diri pada China, dengan imbalan pinjaman miliaran dolar dan jaminan investasi dari Beijing. (rds/ayp)
https://ift.tt/2JUfXIe
April 02, 2019 at 11:45PM from CNN Indonesia https://ift.tt/2JUfXIe
via IFTTT
No comments:
Post a Comment