Terlepas dari visi masing-masing capres yang berbeda, siapapun yang terpilih nantinya kemungkinan besar tidak membawa perubahan signifikan terhadap politik luar negeri Indonesia.
Menurut Kepala Departemen Hubungan Internasional Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Shafiah Muhibat, kebijakan politik luar negeri RI berkesinambungan lantaran telah tertuang dalam undang-undang.
"Mungkin untuk pendekatan ke isu-isu tertentu itu yang nanti akan menarik melihatnya karena masing-masing capres punya pendekatan berbeda," kata Shafiah di Jakarta, Senin (1/4).
"Kalau kita lihat dalam dokumen visi misi, kedua capres terus mengulang politik bebas aktif. Ini akan tetap menjadi dasar politik luar negeri Indonesia," ucap Yandry.
Pendekatan Ekonomi dan Militer
Shafiah menganggap dalam debat capres keempat pada Sabtu (31/3) lalu, Jokowi menjual gagasan diplomasi lewat ekonomi. Menurut dia hal itu memperlihatkan Jokowi memilih pendekatan dengan negara-negara tetangga secara lunak.
Akan tetapi, Shafiah menilai visi Jokowi kali cukup berbeda dari 2014 lalu. Saat itu, Jokowi mengusung ide Indonesia sebagai poros maritim dunia, yang dalam debat kemarin tidak disinggung.
Calon Presiden nomor 01, Joko Widodo (Jokowi). (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
|
"Jadi prioritas politik dan hubungan luar negeri itu menurut Jokowi sudah tidak lagi dilihat semata-mata dari teritori, jauh atau dekat, tapi juga dilihat dari sejauh mana negara itu memiliki teknologi yang maju," ujar Shafiah.
"Jadi menggarisbawahi bahwa lebih penting mempertahankan kepentingan nasional seperti teritori daripada menjalin diplomasi dan hubungan baik dengan berbagai negara," ujar Shafia.
Yandry menilai pendekatan Prabowo terhadap politik luar negeri sangat realis.
Kandidat Presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
|
Prabowo, paparnya, juga melihat pentingnya kekuatan militer dalam menempatkan posisi Indonesia di kancah dunia.
"Hal itu terlihat ketika capres 02 menyebut si vis pacem para bellum yang artinya 'if you want peace, prepare for war'. Ini benar-benar pengaruh dari pemikiran realisme," kata Yandry.
Jika Prabowo menempatkan perspektif dalam kaca mata realisme, pendekatan politik luar negerinya akan berfokus pada militer, pengimbangan kekuatan (balance of power), dan persaingan senjata.
"Artinya, kebijakan luar negeri RI menurutnya harus dilakukan semaksimal mungkin untuk bisa mempertahankan keutuhan wilayah Indonesia," kata Yandry.
Di sisi lain, Yandry menilai pendekatan Jokowi dalam isu pertahanan Indonesia lebih ke arah non-tradisional. Menurut Yandry, Jokowi terlihat berambisi menjadikan Indonesia sebagai negara kekuatan menengah di Asia Pasifik, di mana memiliki sistem pertahanan modern, prajurit yang profesional, dan terintegrasi (integrated force). (rds/ayp)
https://ift.tt/2TSeHVG
April 02, 2019 at 11:11PM from CNN Indonesia https://ift.tt/2TSeHVG
via IFTTT
No comments:
Post a Comment