Tengok saja, PT Astra International Tbk (ASII) yang siap menebar dividen sebesar Rp8,66 triliun atau 40 persen dari total keuntungannya tahun lalu Rp21,67 triliun. Tak ketinggalan anak usahanya, yakni PT United Tractors Tbk (UNTR) juga menggunakan 40 persen laba perusahaan atau sebesar Rp4,45 triliun untuk membayar dividen.
Kemudian, porsi dividen PT Bukit Asam Tbk (PTBA) lebih besar lagi mencapai 75 persen dari laba bersih. Walhasil, nominal yang ditebar sebesar Rp3,76 triliun dari laba bersih 2018 Rp5,02 triliun.
Analis Kresna Sekuritas Robertus Yanuar Hardy mengatakan ketiga saham itu bisa dikoleksi untuk pekan ini. Pelaku pasar masih memiliki waktu untuk ikut menikmati dividen yang ditebar oleh Astra International, United Tractors, dan Bukit Asam.
"Bukit Asam dividennya besar, artinya perusahaan-perusahaan ini masih bagus," ucap Robertus kepada CNNIndonesia.com, Senin (29/4).
Dalam pembagian dividen ada yang namanya cumulative date atau cum date. Istilah itu mengartikan tanggal penentuan bagi pemegang saham yang berhak mendapatkan dividen dari perusahaan karena memegang saham tersebut.
Gampangnya, cum date bisa diartikan sebagai tanggal terakhir pelaku pasar bisa mencatatkan diri sebagai orang yang berhak mendapatkan dividen. Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), cum date Astra International di pasar reguler dan negosiasi ditetapkan pada 6 Mei 2019, sedangkan di pasar tunai pada 8 Mei 2019.
Kemudian, United Tractors menetapkan cum date di pasar tunai pada 30 April 2019. Sementara, belum ada data pasti terkait jadwal pembagian dividen Bukit Asam di laman resmi KSEI.
Selain dividen, Robertus menilai mayoritas perusahaan juga memiliki fundamental cukup baik karena membukukan kinerja cemerlang pada kuartal I 2019. Hal ini akan berpengaruh pada pergerakan harga saham perusahaan untuk jangka panjang.
"Laba bersih Asta International ada kenaikan, itu artinya ada pertumbuhan yang positif dari bisnisnya, baik otomotif maupun yang lainnya," ucap Robertus.
Astra International meraih laba bersih sebesar Rp5,21 triliun dalam tiga bulan pertama tahun ini. Angka itu naik 5 persen dibandingkan dengan kuartal I 2018 lalu sebesar Rp4,98 triliun.
Pertumbuhan laba bersih lebih tinggi diraih United Tractors sebesar 20,55 persen. Perusahaan itu mengantongi laba bersih sebesar Rp3,05 triliun pada kuartal I 2019, sedangkan sebelumnya hanya Rp2,53 triliun.
Sementara, kinerja Bukit Asam tak sebagus Astra International dan United Tractors. Perusahaan tambang itu hanya membukukan laba bersih sebesar Rp1,13 triliun pada kuartal I tahun ini, turun dari posisi kuartal I 2018 yang mencapai Rp1,45 triliun.
Walaupun begitu, tak masalah bagi pelaku pasar untuk membeli saham Bukit Asam. Pasalnya, harga saham perusahaan terbilang murah usai terkoreksi akhir pekan lalu.
RTI Infokom mencatat saham Bukit Asam melemah 0,25 persen ke level Rp4.020 per saham pada Jumat (26/4). Bila diakumulasi dalam sepekan terakhir saham perusahaan masih naik 1,77 persen, tapi kalau dilihat dalam sebulan terakhir sudah terkoreksi 5,41 persen.
Sementara, saham Astra International justru melemah satu pekan terakhir sebesar 2,55 persen. Sebaliknya, saham United Tractors melesat 5,85 persen.
"Diharapkan ke depannya akan lebih positif, seiring meningkatnya kepastian menyambut penetapan hasil pemilihan umum (pemilu)," terang Robertus.
Direktur Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus menyarankan pelaku pasar mencermati saham PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP). Dua saham ini masuk dalam tren penguatan sejak pekan lalu.
"Saham-saham tersebut masih memiliki valuasi yang cukup menarik," kata Nico.
Saham Indofood Sukses Makmur mendarat di level Rp6.400 per saham atau melejit 2,4 persen pada Jumat (26/4). Pada saat yang bersamaan, saham Indofood CBP Sukses Makmur naik 1,1 persen ke level Rp9.175 per saham.
"Valuasi jangka panjang dan laporan keuangan yang baik masih menjadi dasar saham yang dipilih," papar Nico.
Kebetulan, dua emiten ini belum melaporkan kinerja keuangannya pada kuartal I 2019. Namun, merujuk pada laporan tahunan 2018, Indofood Sukses Makmur dan Indofood CBP Sukses Makmur meraup pertumbuhan laba bersih.
Keuntungan yang diraup Indofood Sukses Makmur sepanjang 2018 sebesar Rp4,16 triliun atau naik dari sebelumya Rp4,15 triliun. Lalu, Indofood CBP Sukses Makmur mencatatkan kenaikan laba bersih dari Rp3,79 triliun menjadi Rp4,57 triliun.
Untuk tahun ini, Nico berpendapat keduanya tetap akan tumbuh. Sebab, kondisi daya beli masyarakat masih terjaga seperti tahun lalu.
Terlebih, Indofood Sukses Makmur dan Indofood CBP Sukses Makmur tak 100 persen bergantung dengan daya beli masyarakat di dalam negeri. Hal ini lantaran keduanya juga punya pasar di luar negeri.
"Ke depan Indofood Sukses Makmur dan Indofood CBP Sukses Makmur tidak serta merta bergantung dengan daya beli saja. Mereka sudah berhasil memperluas pangsa pasarnya dengan ekspor," pungkas Nico.
(agt)
http://bit.ly/2vsTQyF
April 29, 2019 at 02:57PM from CNN Indonesia http://bit.ly/2vsTQyF
via IFTTT
No comments:
Post a Comment